Akhirnya! Ketakutan Fahri ‘Terwujud’ Lewat Kasus Suap Pajak

loading...




Dugaan saya mengenai ketakutan Fahri ini terbukti sudah. Tulisan saya sebelumnya ‘Ketakutan’ Apa Fahri Hamzah meminta Ketua KPK Mundur? telah menjadi kata pengantar untuk ‘home alone Fahri’. Seorang anggota dewan yang selama ini bertindak seenak udelnya, akan mulai redup tanpa ada kesempatan mekar beibeh.


Alasan dari vokalnya Fahri sangat getol menyuarakan pengunduran ketua KPK adalah Fahri takut kasus yang menyeret namanya akan diketahui oleh publik dan tatapan tajam hukum. Bagaimana tidak? Baru minggu ini nama Fahri, Fadli, dan Syahrini jelas disebut dalam kasus penyuapan pejabat pajak. Sontak Fahri seperti magma yang meletup-letup dan akan moncar kemana.

Alam memang adil, kasus ini dibuka lebih dahulu daripada genapnya rencana Fahri untuk menjegal Agus Rahardjo. Terbukti istilah mengatakan sehebat-hebatnya katak melompat, akhirnya jatuh kedalam minyak penggorengan. Swike goreng. Siapa yang menggoreng? Pemerintah lewat aparat hukum yang dingin senyap tapi mematikan, layaknya ninja bergerak dalam kegelapan.

Bentuk kemarahan Fahri dinyatakan:

“Semacam direncanakan karena file tentang saya sudah ditemukan 4 November 2016. Artinya, sudah lima bulan harusnya mereka sudah tahu masalah apa. Fahri mengatakan persoalan pajak seharusnya dirahasiakan serta ditutup. Tetapi kemudian nama Fahri disebut di pengadilan saat dirinya gencar mengkritik KPK terkait penanganan kasus kasus megakorupsi e-KTP. “Lalu KPK menggunakan persidangan untuk menyerang. Saya mengamati pernyataan itu seperti diolah setiap hari. Saya lihatnya ini telanjang, kekonyolannya telanjang”, kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (22/3/2017)

Semacam direncanakan? Benar 100%, tidak meleset sedikitpun. Dalam persidangan kasus suap pajak, sudah terlihat daftar nama pelaku kecurangannnya. Setelah ada, lalu dibacakan, lalu dipublikasikan, lalu diolah media, lalu sampai pada saya, anda dan seluruh rakyat Indonesia. Bukankah ini perencanaan yang matang? Bukan semacam lagi bung, sangat matang malah perencanaannya.

KPK menggunakan persidangan untuk menyerang katanya. 100% salah. Ini murni kasus pajak. Bermula dari tax amnesty I, II dan III. Saya meyakini Fahri baru kecebur pada periode ke-III tax amnesty ini. Sri Mulyani memang menyasar pada wajib pajak yang mengengah kebawah pada periode terakhir ini.

KPK jelas tidak menggunakan persidangan untuk menyerang. KPK malah akan kipasan santai sambil menunggu kasus Fahri datang kepadanya dan menunggu kasus Fahri melebar- memanjang dan meluas pada kasus korups lainnya.

Jelas Fahri terlihat kalang kabut seperti orang berantem diruang yang mati lampu. Pukul saja kiri kanan. Dimana musuh tidak tahu, yang penting luncurkan serangan. Yang terbuka kasus pajak, malah nyerang KPK. Jaka sembung ngajar les, gak nyambung keles.

Berbeda dengan Fadli, reaksinya lebih santun. Tidak ada marah-marah. Semua terlihat tenang. Tapi apakah dalan hatinya seperti itu? Saya tidak yakin. Pasti bergejolak yang mengakibatkan sedikit kehilangan selera makan, minum dan tidur. Syahrini yang belum memberikan penjelasan apapun. Lagi menyiapkan jurus maju mundur cuantik.

Atau malah, Fadli sudah lebih bermain aman ketimbang Fahri? Atau karena Fadli masih dalam keanggotaan Gerindra? Jadi terlihat aman. Sedang Fahri home alonetanpa ada teman dikiri dan kanan. Sepertinya kalau kasus ini makin dalam diusut, saya menduga Fadli akan menjauh terhadap Fahri. Malang benar nasib kamu beb.

Lalu Fahri menyatakan ‘kekonyolannya telanjang’. Ini yang saya agak sulit menerjemahkannya. Perlu ahli bahasa dari kaum bumi datar. Yang konyol saha eta? Yang telanjangsopo meneh cah? Ini ngomong sama diri sendiri atau sedang berhalusi(sapi).

Bagi saya memang konyol kalau sampai penegak pajak dan KPK diam saja saat tahu ada orang yang melanggar hukum, sementara Presiden sangat menghormati proses hukum disemua lini.

Bagi saya akan terlihat konyol kalau KPK tidak bertindak garang dalam semua kasus korupsi, sementara revolusi mental didengungkan sampai detik ini.

Bagi saya konyol kalau KPK tidak bekerja sama dengan petugas pajak, PPATK untuk mencari kesalahan mereka yang selalu dengki terhadap pemerintah tanpa alasan yang jelas.

Justru, Fahri menunjuk dirinya sendiri, bahwa dia sedang konyol dengan bukti penyuapan pajak ini. Fahri semakin ditelanjangi borok pelanggarannya. Semakin terlihat busuknya penyakit hukum dewan ini. Yakinlah, akan semakin banyak orang akan menjauhi mu bung. Wakil Dewan independen, mungkin diperiksa independen, mungkin memakai rompi orange independen, dijeruji independen, dan serba independen.

Akankah rompi orange itu rela dipaksa untuk dipakai pada Fahri? Akankah Fahri akan membuka siapa saja yang terlibat, karena tidak ada yang akan membelanya? Ataukah malah Fadli ‘soulmate‘nya akan membantu dengan sekuat tenaga? Itu masih rahasia ilahi atau malah azab ilahi? Gak tahu adek kak.

Yang terakhir, hai bung saya sekedar mengingatkan. Presiden saat ini sedang fokus pada penegakan hukum (sebelumnya sudah mengeluarkan 14 paket kebijakan ekonomi). Semua penegak hukum sudah dalam satu nafas dengan Jokowi. Kemenkeu Dirjen Pajak, KPK, Pengadilan, Kepolisian, Kejaksaan sudah dalam otoritas Presiden. Mereka akan menorehkan kebangkitan hukum. Don’t miss it. Ketakutanmu akan terjadi dan terus menghantuimu. Seperti Patrick yang selalu merepotkan dan menyusahkan Squidward.

loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.