Amien Rais Dituding Pengkhianat

loading...





Tidak akan pernah saya bosan mengingatkan bahwa akan selalu saja ada akibat dari sebuah tindakan. Tidak ada orang dengan lempangnya hidup tanpa ada konsekuensi dari setiap tinfdakannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan baik, perbuatan jahat akan dibalas dengan kejahatan. Meski begitu, ada saja orng baik dapat balasan kejahatan dan orang jahat dapat balasan kebaikan.

Semua itu menjadi sebuah hukum yang tidak bisa ditolak. Jangan pernah berpikir bahwa apa yang kita lakukan tidak punya efek di kemudian harinya dan jangan berpikir juga apa yang kita dapatkan hari ini bukan efek dari kejadian dan peristiwa yang terjadi sebelumnya.

Jadi, kalau ada tukang fitnah, tukang nyinyir, tukang tuding yang merasa risih kalau dia kena fitnah, nyinyir dan tuding, maka seperti saran Prof Mahfud ketika berdebat dengan Fahri Hamzah, kita HAHAHA kan saja. Karena sangat jelas orang tersebut mau enaknya sendiri, dan mau menangnya sendiri.


Padahal dalam hukum sebab akibat, tidak pernah ada namanya orang menanam jagung yang tumbuh bungan bangkai, atau sebaliknya orang menanam bunga bangkai yang tumbuh buah jagung. Hukum tabur tuai, apa yang ditanam itulah yang dituai. Orang suka melakukan keburukan tentu akan mendapatkan keburukan.

Karena itu, orang seperti Amien Rais yang suka main tuding, fitnah dan nyinyir terhadap Presiden Jokowi suatu saat akan kena batunya. Kemarin saja namanya sudah mulai busuk karena jadi fakta persidangan menerima uang sebesar 600 juta dalam kasus pengadaan Alkes, kini Amien kena tuding sebagai pengkhianat bangsa oleh mantan Wapres Try Sutrisno.

Mantan Wapres Try menyoal kiprah politik mantan Ketua MPR Amien Rais dalam proses amandemen UUD 1945, hingga terlontar pernyataan yang menuding mantan ketum PAN itu sebagai pengkhianat bangsa. Wapres Try menyebutkan bahwa Amien berperang besar atas terjadinya amandemen tersebut.

Pernyataan Try Sutrisno ini sontak mendapatkan respon negatif dari PAN. PAN merasa tudingan yang disampaikan oleh Try Sutrisno sangatlah tidak jelas arah dan esensinya. Bahkan sebenarnya tidaklah etis kalau hal tersebut disampaikan oleh Try Sutrisno yang adalah seorang tokoh nasional.



Sekretaris Fraksi PAN MPR RI, Saleh Partaonan Daulay, menyebutkan bahwa dalam proses amandemen tidak ada fraksi yang dominan dan Amien Rais yang waktu itu memiliki posisi sebagai Ketua MPR juga tidak bisa mendikte semua anggota MPR RI. Mungkin Saleh lupa, kalau Amien malah bisa menggerakkan orang untuk naikkan dan jatuhkan Gus Dur dari kursi kepresidenan.

Amien Rais dan PAN kini bisa merasakan bagaimana tidak enaknya kena tuding. Seperti elit politik PKS, HNW, yang juga sering menuding kena balik dituding PKI, kini Amien dan PAN juga rasakan pahitnya kena tuding. Bukankah Amien baru-baru ini juga menuding tidak jelas arah dan esensinya saat menyebut Presiden Jokowi memberi angin segar atas bangkitnya PKI??
Tidak perlu membela diri dan menyatakan pembenaran atas tudingan seseorang bahwa Amien adalah seorang pengkhianat, sebelum diri sendiri berkaca dan instropeksi. Memprotes tudingan seseorang tidak jelas rah dan esensinya, padahal Amien juga menuding Presiden Jokowi tidak jelas arah dan esensinya juga. Bhkan pernah juga menyebut Presiden Jokowi seorang Lurah.
PAN harusnya tidak perlu mengkritik dan memprotes pernyataan Try Sutrisno sebelum bisa mengendalikan Amien Rais yang juga adalah seorang tokoh nasional, tetapi selalu saja menuding tanpa dasar, arah, dan esensi yang jelas. Malah anehnya kelakuan buruk Amien yang mengaku tokoh nasional ini dibela Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, sebagai orang yang bebas ngomong apa saja.
Kalau Amien bisa ngomong apa saja sebagai seorang tokoh nasional dan pendiri PAN, maka saya pikir hal itu juga berlaku untuk Try Sutrisno. Try bisa bicara apa saja, karena level ketokohannya sama dengan Megawati dan juga Amien Rais. Kecuali kalau PAN terapkan standar ganda kalau yang hanya boleh ngomong ngawur ngidul hanya Amien Rais saja.
Ya, kalau sudah begitu standarnya maka setiap protes dan kritik dari PAN dianggap angin lalu saja. Karena tidak ada kekuatannya sebuah kritik dan protes kalau AMien juga kelakuannya seperti itu. Seperti kata pepatah, teladan lebih berkuasa daripada perkataan. Kalau teladannya suka tuding, maka jangan pernah larang orang untuk tidak menuding balik.
Jadi, daripada meradang, saran saya PAN dan Amien nikmati saja tidak enaknya kena tuding. Kalau akhirnya mau bertobat dan berhenti menuding tidak-tidak Presiden Jokowi kita semua bersyukur. Gitu aja repot.


loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.