Jokowi Makin Perkasa, Lawan Semakin Panik
loading...
Kerja, kerja, kerja. Presiden kita selalu bekerja keras. Kalau kita amati semua pemberitaan tentang Presiden Jokowi sering kali tentang bekerja dan kerjanya pun bukan di istana yang nyaman, tapi di daerah-daerah. Pagi di Sumatera, siang di Kalimantan, sore di Sulawesi dan malam di Papua. Terbang kesana kemari udah kayak Superman, tapi Pakde lebih keren karena gak pake kolor diluar. Pakde seperti jarang bersantai-santai, itu kenapa ketika dia dan cucunya bermain di Mall maka semua orang ramai membicarakannya.
Kerja keras Pakde sudah jelas akan mendapatkan umpan balik dari rakyat, kepuasan terhadap kinerja Pak Jokowi terus meningkat. Survey CSIS menunjukkan tahun 2015 kepuasan terhadap kinerja Jokowi sebesar 50,6 persen kemudian pada tahun 2016 naik menjadi 66,5 persen dan pada tahun 2017 naik lagi menjadi 68,3 persen. Apa artinya? Iseng-iseng saya coba prediksi tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi. Hasilnya?
Menggunakan cara sederhana, regresi maka kita bisa prediksi tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi pada tahun 2018 sebesar 79,5 persen dan pada tahun 2019 sebesar 88,35 persen. Luar biasa bukan? Tentu prediksi dengan cara dan data seperti ini tidak akan akurat tapi kita semua bisa melihat gambarannya.
Sementara yang terjadi terhadap lawan-lawan Pakde justru sebaliknya. Saracen terungkap, pihak kepolisian pun terus menggali kasus ini. Satu-persatu ditangkap, termasuk Asma Dewi yang penangkapannya membuat pihak-pihak terkait terlihat panik.
Pembakaran tujuh sekolah di Palangkaraya memperparah situasi. Anggota DPRD Kalimantan Tengah asal Fraksi Gerindra Yansen Binti mengajak tujuh orang eksekutor dan satu anak buahnya untuk membakar sejumlah gedung sekolah dasar di Palangkaraya. Saya jadi ingat ucapan Anies Baswedan…
Lalu Fadli Dzon blunder, ia mengirimkan surat untuk KPK yang isinya memohon agar proses hukum kasus Ketua DPR RI Setya Novanto ditunda. Tindakan ini sampai membuat Gerindra sendiri heboh dan memprotes tindakan Fadli Dzon. Apa yang dilakukan oleh Fadli Dzon adalah bentuk intervensi hukum.
Gerindra akan memanggil Fadli untuk meminta klarifikasi.
“Saya mau menanyakan ke Pak Fadli, ‘Kenapa lo menulis surat begituan?’,” ujar Ketua F-Gerindra Ahmad Muzani https://news.detik.com/berita/3640999/fadli-teken-surat-tunda-pemeriksaan-novanto-di-kpk-gerindra-protes
Kebetulan atau tidak setelah serangkaian peristiwa tadi tiba-tiba Prabowo dan Amien Rais kembali muncul diatas panggung dalam aksi bela rohingya. Aksi yang lebih mirip kampanye karena banyak atribut parpol berkibar disana. Apalagi kalau kita mendengarkan orasi kacau sang mantan Jendral dan Amien Rais sang mantan ketua MPR. Apa persamaan keduanya? Sama-sama cuman bisa mimpi jadi Presiden.
Kepanikan semakin jelas terlihat ketika Prabowo mengatakan bahwa bantuan Indonesia ke Rohingya hanya pencitraan dan kadang tidak sampai. Pernyataan yang mengada-ngada dan jelas sekali terlihat kepanikan karena Jokowi semakin sulit dikalahkan.
Prabowo butuh something untuk menjatuhkan elektabilitas Jokowi, tapi ia seperti kehilangan ide untuk bersaing melawan Jokowi. Lagi-lagi ia melontarkan isu pencitraan sementara semua rakyat Indonesia tahu bagaimana kinerja Pakde selama hanya 3 tahun memimpin. Kalau benar Pak Jokowi selama ini hanya pencitraan dan pencitraan saja maka luar biasa sekali, baru pencitraan aja udah banyak jalan tol yang dibangun, jembatan, pelabuhan, bahkan Freeport pun tunduk.
Sementara Prabowo sendiri ngapain tiba-tiba naik panggung? Gak ngapa-ngapain tapi teriak Jokowi pencitraan. Jadi yang pencitraan itu siapa? Ya yang gak ngapa-ngapain tapi belagak kayak ngapa-ngapain. Seperti karyawan yang duduk di depan komputer, ketika bosnya lewat di monitornya terpampang grafik-grafik dan tabel-tabel. Tapi waktu bosnya sudah menjauh malah maen mobile legend atau lebih parah, lihat gambar-gambar porno. Hasil kerjanya ya gak ada karena bukan kerja tapi cuman maen game. Jokowi ada hasil kerjanya sejak di Solo hingga di Istana, lah yang ono itu mana hasil kerjanya? Hahaha.
Jadinya Prabowo berusaha mencari panggung lain, berusaha mencuri perhatian. Sementara Pakde cukup dengan bermain bersama cucunya dan sebagian besar rakyat tersenyum melihatnya, situasi pun adem kembali. Masyarakat terharu melihat interaksi antara seorang Presiden pekerja keras dengan cucunya. Masyarakat Indonesia yang original memang menempatkan hubungan kekeluargaan begitu tinggi, entah kalau masyarakat Indonesia KW. KTP-nya WNI tapi ngimpi Presidennya Erdogan.
Hasilnya pernyataan Prabowo membuat banyak orang geram. Banyak netizen yang geram, karena menilai seolah-olah apapun yang dilakukan Jokowi selalu salah.
@jnessy_susahnya jadi jokowi, diteriaki supaya bantu rohingya. begitu dibantu justru dibilang pencitraan. ini yg bocor nalar gw apa yg ngomong?
@kerberooz GILA! Membantu dibilang pencitraan. Tidak membantu dibilang kejam. Yg sabar pak de dngn manusia spt ini
@bigjoe_july15 serba salah memang.. yg benar mrk doankk!
@kangngabei Serba salah, bantu salah apalagi nggak bantu. Prabowo ikut demo bukan termasuk pencitraan sepertinya.
@Fitsa_hats22 Ngga kirim bantuan katanya ngga empati, kalau ngirim katanya pencitraan. Ini nih kualitas yang pengen jadi presiden Indonesia? Nyinyir mak2
@indahasmantowi Astagafirullah.. trus maunya seperti apa Pak.. ?
http://medan.tribunnews.com/2017/09/16/netizen-ikut-kesal-presiden-jokowi-disebut-pencitraan-karena-beri-bantuan-untuk-rohingya?page=2
Isu Jokowi diktaktor dan Orba gagal menjatuhkan elektabilitas Jokowi, isu Rohingya juga gagal. Dan baru-baru saja Jokowi diserang jurus kombo, Isu Orba dan Isu PKI sekaligus dilemparkan kepadanya. Ah kasian sekali Pakde ini….
Tapi semua serangan ini justru menunjukkan kepanikan mereka, termasuk serangan besar-besaran terhadap Seword. Serangan-serangan semacam ini mengingatkan kita pada serangan terhadap Ahok. Jokowi terlalu perkasa jika dilawan dengan cara-cara yang benar, program-program, kinerja, kejujuran dan kebenaran adalah medan tempur milik Jokowi. Dari sini aja kita bisa melihat mana yang hitam dan mana yang putih.
sumber
loading...
Tidak ada komentar: