Saatnya Habib Rizieq Dibawa Ke Meja Hijau!

loading...

Kali ini kasus serupa Ahok berupa dugaan penistaan agama kembali terjadi di Indonesia. Tak main-main pelakunya adalah pentolan FPI Habib Rizieq Shihab. Kasus ini terjadi ketika Habib Rizieq Shihab memberi ceramah dalam sebuah acara ceramah di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Minggu, 25 Desember 2016.

Padahal bola panas kasus penistaan agama oleh Ahok tengah bergulir. Tapi ada pihak lain sepertinya ingin menciptakan bola-bola api baru. Mungkin tujuannya tak lain bola api ini akan dilemparkan ke tengah publik. Kalau publik tidak jelih melihatnya, semuanya akan terbakar oleh api kebencian.

Memperkarakan Habib Rizieq Shihab yang di tempuh oleh Ketua Presidium PMKRI, Angelius Wake Kako,cs melalui jalur hukum adalah langkah bijak daripada umat kristiani turun ke jalan-jalan hanya untuk menuntut keadilan. Cara ini (demonstrasi) kurang produktif karena dianggap mengganggu ketertiban umum, bisa saja menciptakan kericuhan karena provokasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Bagaimana bisa pernyataan seorang ulama besar (ulama FPI) dianggap biasa-biasa saja walaupun masuk ke wilayah orang (agama) lain? Lantas dibiarkan begitu saja? Apalagi konteksnya ceramah agama. Lalu, pernyataannya langsung menyasar ke substansi ajaran agama nasrani dan terkesan menghina?

Ketika kalimat yang dilontarkan itu didengarkan oleh jamaah (yang seiman) tentunya menjadi bahan lelucon.

Coba kita baca petikan transkrip potongan kalimat dari video berdurasi sekitar dua detik ini.

“Habib Rizieq ‘selamat natal,’ artinya apa? Selamat hari lahir Yesus Kristus sebagai anak Tuhan. Saya jawab, ‘Pak, lam yalid walam yulad,’ Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?” (sumber : seword.com, tempo.com, liputan6.com, dll)

Yesus dalam ajaran Kristen dinyatakan sebagai Tuhan atau Anak Tuhan. Dalam isi Al kitab, Yesus dilahirkan dari rahim seorang perawan. Sebelum kelahirannya (Yesus Kristus) sudah dinubuat oleh para nabi beberapa ratus tahun sebelumnya. Kitab suci (Alkitab atau Injil) bagi orang Kristiani adalah inspirasi ilahi atau wahyu Allah. Kami mengimaninya apapun kata orang. Dialah panduan hidup orang yang beriman kristiani. Injil mengajarkan cinta kasih, kebaikan dan kebenaran secara inklusif bahwa mengasihi sesama itu sama seperti mengasihi diri sendiri.

Nah, ketika Habib Rizieq mencoba masuk ke ruang privat orang lain maka kasus Ahok adalah contoh bagaimana orang merasa tersakiti dan menuntut keadilan dengan melibatkan ratusan ribu orang.

Tapi, sebagai kaum muda Indonesia kita tetap menempuh jalur hukum. Agama dan Tuhan tidak perlu dibela oleh umatnya. Kita memiliki jalur konstitusi untuk urusan duniawi.

Kalau Habib Rizieq bilang, "Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan" dalam konteks Islam jelas tak menjadi masalah bagi umat Kristiani. Tapi ketika Habib Rizieq menyinggung soal Natal dan mempertanyakan keajaiban Tuhan, itu yang menjadi masalah.

"Kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?” kata Rizieq dalam ceramah itu.

Tuhan memang tidak beranak. Dalam gereja Katolik, saya sebagai orang awam tidak mendengar guru agama mengajarkan kepada saya bahwa Tuhan itu beranak. Apalagi menanyakan siapa bidannya? Ini seolah olah dalam sudut pandang Habib Rizieq bahwa misteri kelahiran Yesus (Isa al Masih) sama seperti opera atau drama kekinian.

Pernyataan Habib Rizieq boleh dikatakan bentuk penistaan agama. Sebagai anak bangsa saya merasa terganggu. Dan pernyataan tersebut bisa mengganggu keharmonisan kehidupan beragama dalam konteks kebhinekaan kita.

Dalam konteks tulisan ini tidak ada hubungan dengan umat Islam. Tidak ada masalah dengan perbedaan. Tidak ada hubungan dengan kebencian yang mengarah pada pihak tertentu. Tapi tulisan ini hanya mengingatkan kita bahwa di depan hukum semua warga memiliki kedudukan yang sama.

Habib Rizieq bagi saya telah banyak membuat pernyataan yang meresahkan anak bangsa. Saatnya beliau diproses di meja hijau.

Ahok dan Habib Rizieq sama-sama "keras kepala" di bidangnya masing-masing. Ketika di bawah ke dalam proses hukum Ahok bisa berubah: menjaga tutur katanya. Bisa jadi Habib Rizieq pun demikian, bisa berubah. Semoga! Salam,




loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.