Begini Model Kampanye Simpatisan Agus. Pengecut Banget!
loading...
Kemarin, Cagub Agus Harimurti Yudhoyono melakukan kegiatan kampanye di Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat. Seperti yang diberitakan Kompas, pada kesempatan itu terlihat banyak simpatisan yang mengikuti Agus dari belakang. Ada seorang simpatisan yang terus mengajak warga memilih pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta Agus dan Sylviana Murni. Sambil mengangkat telepon genggamnya, simpatisan itu merekam antusiasme warga menyambut Agus. “Bapak Ibu jangan pilih tersangka ya,” kata simpatisan itu kepada warga yang berdiri di depan rumah mereka.
Agus dan rombongan melintasi permukiman warga. Simpatisan tersebut terus mengajak warga untuk memilih pasangan Agus-Sylvi. “Ci, jangan pilih tersangka ya. Pilih nomor satu,” katanya.
Tersangka yang dimaksud simpatisan Agus pastinya bukan Donald Trump, melainkan Ahok. Suhu politik biasanya terbagi 3 kategori. Awalnya suhu masih dingin. Di pertengahan mulai hangat dan panas. Biasanya di akhir (mendekati masa tenang) suhu politik mendekati titik didih. Begitu pula serangan tajam makin lama makin mengganas seiring berjalannya waktu. Masih ingat dengan artikel saya mengenai Anies yang awalnya santun sekarang mulai suka nyinyir dan nyindir.
Agus juga tidak ada bedanya. Serangan makin brutal, terutama yang ada kaitannya dengan calon nomor 2. Saya heran apakah Agus tidak mengetahui ini? Okelah dimaklumi, no comment. Bagaimana kalau seandainya Agus tahu tapi pura-pura bego tak tahu? Ini mah sudah keterlaluan. Kalau memang dia tahu tapi pura-pura tak tahu berarti dia sendiri sudah mirip Anies. Agus seperti calon yang sudah putus asa, tak ada program yang bisa diandalkan karena terinjak dengan telak oleh programnya Ahok, masih nol pengalaman, takut debat dengan alasan sekontainer, lalu menggunakan cara seperti ini untuk menyerang Ahok. Sungguh tidak jantan. Kalau mau bertarung, bertarunglah secara gentleman melalui adu program, gagasan, visi dan misi, bukan adu moncong siapa yang paling panjang.
Bahkan beberapa pengamat menilai Pilkada DKI kali ini kurang semarak. Saya yakin maksud mereka adalah Pilkada kali ini telah dikotori oleh berbagai intrik kotor, kampanye tidak sehat serta lebih banyak adu serang kelemahan calon lain. Kalau waktu hanya dipakai untuk menjelek-jelekkan orang lain, kapan punya waktu untuk memikirkan bagaimana memajukan Jakarta. Adu memoncongkan mulut nggak akan bisa bikin Jakarta maju.
Masa kampanye yang memasuki pertengahan saja sudah begini, bagaimana lagi apabila sudah mendekati akhir? Mau seberapa panjang lagi moncongnya? Mau seberapa brutal lagi menyerang Ahok? Lagi pula rasanya aneh saja menggunakan cara begini. Agus diundang debat, malah absen dengan alasan ingin dekat dengan rakyat. Sewaktu kampanye bergerilya bertemu rakyat, malah simpatisannya menggunakan cara rendah dengan mengimbau warga agar tidak memilih tersangka. Apa bedanya kalau begitu?
Saya sampai terheran-heran, sebegitu takutnyakah calon lain terhadap Ahok hingga harus memakai cara-cara tidak terpuji seperti ini untuk memenangkan Pilkada? Tidak jantan sekali, kelihatan sekali jiwa pengecutnya, hanya berani main hantam lewat belakang. Lagian kenapa rupanya kalau Ahok tersangka? Sepertinya banyak orang juga sudah tahu, kasus Ahok terlihat dipolitisasi oleh mereka yang berkepentingan, yang sangat takut jika Ahok kembali menjadi Gubernur DKI.
Satu-satunya yang bikin menarik dari Pilkada DKI adalah tiga kali debat resmi yang sebentar lagi akan diadakan dan ditayangkan. Dari situ, kita bisa melihat jelas kualitas dari masing-masing calon. Seandainya saja tidak ada debat resmi, kita hanya akan disuguhkan sindiran, nyinyir, moncong yang makin lama makin panjang menjelekkan lawan. Jangan harap banyak bisa mendengar adu program. Seperti saya pernah saya jelaskan melalui analogi, cara termudah mengalahkan lawan tanpa perlu capek-capek adalah membuatnya cedera sebelum bertanding. Ini jauh lebih mudah ketimbang berlatih keras agar bisa menang secara sportif. Anda bisa nilai sendiri dari ketiga pasang calon, cara mana yang biasanya mereka gunakan.
Sebenarnya kalau mau tahu seberapa bagus kualitas masing-masing calon, salah satunya buat seperti Rumah Lembang, dan lihat berapa banyak yang datang. Ahok sudah membuktikan, malah dapat sumbangan miliaran. Bagaimana kalau Agus atau Anies juga membuat konsep serupa, menarik disimak berapa banyak yang akan datang.
Bertarunglah secara jantan, kalau tidak bisa, tak usah calonkan diri. Jangan bodohi masyarakat dengan program manis bertopengkan retorika abal-abal dan jurus nyinyir menjelekkan lawan. Ahok saja yang dulunya bermulut kasar sudah berubah lebih santun, eh yang lain kok malah terbalik, makin kasar mulutnya.
Bagaimana menurut Anda?
Salam Entahlah.
loading...
Tidak ada komentar: