Fakta Baru Mengejutkan di Balik Kematian 1 Keluarga di Pulomas
loading...
Keterangan saksi-saksi:
‘’Yang meninggal 6, lukanya tusukan semua. Saya langsung lemas. Saya lihat anaknya perempuan, Diona ada darah semua, ditelanjangin,’’tutur Gani, Ketua RW yang ikut mendobrak pintu kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter di sebuah rumah mewah di Pulomas, Jakarta Timur.
Gani juga melihat adanya luka tusuk di tubuh korban Doddy. ‘’Kondisinya udah parah, ada luka di sini (kanan dan kiri leher) terus ada juga disini (menunjuk ke arah sebalah dada kanan)’’. tambah Gani, Ketua RW setempat.
Gani juga melihat adanya luka tusuk di tubuh korban Doddy. ‘’Kondisinya udah parah, ada luka di sini (kanan dan kiri leher) terus ada juga disini (menunjuk ke arah sebalah dada kanan)’’. tambah Gani, Ketua RW setempat.
‘’Kak Diona dari lantai 2 diseret ke tangga dan dipukul pakai pistol. Dia nangis,’’ucap Windy, salah satu korban selamat. Hal itu juga telah dibenarkan Kapolda Metro Jaya, M. Iriawan, yang menyatakan ‘’ Diona itu diseret, juga dipukul pakai senpi’’.
‘’Kalau Diona kayak kena pukulan atau bengep. Dia ibarat ngelawan sampai dia meninggal dunia. Saya lihat darahnya kayak sudah lama. Intinya kejam’’ungkap Lufti , salah seorang saksi yang ikut mendobrak pintu kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter tersebut’’.
Analisa:
Jika sebelumnya berdasarkan hasil autopsi disebutkan bahwa tidak ada penganiayaan ataupun kekerasan apapun pada korban, dan darah yang ada pada tubuh korban adalah disebabkan pecahnya pembuluh darah.
Pertama. Pertanyaan besarnya adalah jika hanya disebabkan pembuluh darah saja yang pecah lalu mengeluarkan darah sebagaimana hasil autopsi, mengapa di tubuh korban ada luka tusuk? Tentu ini tidak logis! Menjadi tidak logis karena tidak ada hubungannya antara pecahnya pembuluh darah yang mengeluarkan darah dengan luka tusuk di tubuh korban yang tewas tersebut.
Kedua.Pertanyaan selanjutnya adalah apakah logis hasil autopsi yang menyimpulkan tidak ada bekas penganiayaan atau kekerasan apapun, tetapi ada darah di tubuh Diona...?Tentu Tidaklah logis hasil autopsi itu.
Ketiga. Pertanyaan selanjutnya adalah jika tidak ada bekas penganiayaan apapun pada korban. Pertanyaannya adalah , Diona yang diseret dari kamarnya yang ada di lantai 2 menuju ke bawah hingga ke kamar mandi, apa itu bukan penganiayaan? Tentu penyeretan korban Diona yang menimbulkan sakit yang luar biasa adalah bagian dari penganiayaan.
Diona yang diseret menuruni anak tangga dari lantai 2 sampai ke bawah, tentu Diona akan mengalami benturan-benturan keras di kepala, tengkorak kepala, telinga, hidung, mulut, tangan , kaki , wajah dan bagian tubuh lainnya, sehingga banyaknya darah yang ditemukan ditubuhnya Diona adalah logis akibat diseret-seret dari lantai 2.
Apalagi jika anak tangga di rumah mewah itu terbuat dari keramik, tentu amat sangat wajar jika ditemukan banyak darah pada tubuh Diona, karena terjadi benturan yang sangat keras yang dialami tubuh Diona. Nah, yang menjadi pertanyaan mendasarnya adalah mengapa hasil autopsi menyimpulkan tidak ada penganiayaan atau kekerasan apapun?
Terlebih lagi dua saksi Gani dan Lufti serta Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan juga menerangkan bahwa selain diseret, korban Diona juga dipukul pakai pistol, tentu ini bentuk penganiayaan. Sehingga patut dipertanyakan hasil autopsi tersebut.
Keempat. Dan kondisi korban Diona yang ditemukan tewas dalam keadaan tidak memakai baju juga perlu didalami oleh penyidik, karena logikanya , bagaimana bisa Diona yang sudah merasakan rasa sakit yang luar biasa akibat diseret-seret dari lantai 2 sampai ke kamar mandi bisa membuka sendiri bajunya , tentu itu tidak logis. Dan yang menjadi pertanyaan besarnya adalah, mengapa hanya Diona yang ditemukan sudah dalam keadaan tidak berbaju? Penyelidikan mendalam perlu dilakukan karena CCTV tidak menyorot sampai ke dalam kamar mandi tersebut.
Diona bisa membuka bajunya sendiri adalah tidak logis karena banyaknya darah yang ditemukan pada tubuh Diona tidak memungkinkan Diona untuk membuka bajunya. Sehingga Diona yang ditemukan dalam keadaan tidak menggenakan baju wajib didalami, karena tidak logis jika sudah berdarah-darah bisa membuka bajunya, sedangkan korban yang selamat saja sama sekali tidak membuka bajunya.
Dan jika Komisioner KPAI, Erlinda menyebut bisa saja karena kepanasan jadi korban Diona membuka bajunya, juga tetap tidak logis, karena jika hanya sekedar merasakan kepanasan saja, 10 korban lainnya juga merasakan kepanasan. Dan pertanyaan paling penting adalah "SIAPA YANG MEMBUKA BAJU DIONA? Ini yang perlu didalami mengingat Diona adalah perempuan.
Karena bagaimana logikanya jika Diona sudah lemah ,tidak berdaya, akibat merasakan sakit yang luar biasa akibat diseret-seret oleh salah satu pelaku turun dari lantai 2 hingga ke kamar mandi bisa membuka bajunya sendiri...?tentu gak logis itu!
‘’Kalau Diona kayak kena pukulan atau bengep. Dia ibarat ngelawan sampai dia meninggal dunia. Saya lihat darahnya kayak sudah lama. Intinya kejam’’ungkap Lufti , salah seorang saksi yang ikut mendobrak pintu kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter tersebut’’.
Analisa:
Jika sebelumnya berdasarkan hasil autopsi disebutkan bahwa tidak ada penganiayaan ataupun kekerasan apapun pada korban, dan darah yang ada pada tubuh korban adalah disebabkan pecahnya pembuluh darah.
Pertama. Pertanyaan besarnya adalah jika hanya disebabkan pembuluh darah saja yang pecah lalu mengeluarkan darah sebagaimana hasil autopsi, mengapa di tubuh korban ada luka tusuk? Tentu ini tidak logis! Menjadi tidak logis karena tidak ada hubungannya antara pecahnya pembuluh darah yang mengeluarkan darah dengan luka tusuk di tubuh korban yang tewas tersebut.
Kedua.Pertanyaan selanjutnya adalah apakah logis hasil autopsi yang menyimpulkan tidak ada bekas penganiayaan atau kekerasan apapun, tetapi ada darah di tubuh Diona...?Tentu Tidaklah logis hasil autopsi itu.
Ketiga. Pertanyaan selanjutnya adalah jika tidak ada bekas penganiayaan apapun pada korban. Pertanyaannya adalah , Diona yang diseret dari kamarnya yang ada di lantai 2 menuju ke bawah hingga ke kamar mandi, apa itu bukan penganiayaan? Tentu penyeretan korban Diona yang menimbulkan sakit yang luar biasa adalah bagian dari penganiayaan.
Diona yang diseret menuruni anak tangga dari lantai 2 sampai ke bawah, tentu Diona akan mengalami benturan-benturan keras di kepala, tengkorak kepala, telinga, hidung, mulut, tangan , kaki , wajah dan bagian tubuh lainnya, sehingga banyaknya darah yang ditemukan ditubuhnya Diona adalah logis akibat diseret-seret dari lantai 2.
Apalagi jika anak tangga di rumah mewah itu terbuat dari keramik, tentu amat sangat wajar jika ditemukan banyak darah pada tubuh Diona, karena terjadi benturan yang sangat keras yang dialami tubuh Diona. Nah, yang menjadi pertanyaan mendasarnya adalah mengapa hasil autopsi menyimpulkan tidak ada penganiayaan atau kekerasan apapun?
Terlebih lagi dua saksi Gani dan Lufti serta Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan juga menerangkan bahwa selain diseret, korban Diona juga dipukul pakai pistol, tentu ini bentuk penganiayaan. Sehingga patut dipertanyakan hasil autopsi tersebut.
Keempat. Dan kondisi korban Diona yang ditemukan tewas dalam keadaan tidak memakai baju juga perlu didalami oleh penyidik, karena logikanya , bagaimana bisa Diona yang sudah merasakan rasa sakit yang luar biasa akibat diseret-seret dari lantai 2 sampai ke kamar mandi bisa membuka sendiri bajunya , tentu itu tidak logis. Dan yang menjadi pertanyaan besarnya adalah, mengapa hanya Diona yang ditemukan sudah dalam keadaan tidak berbaju? Penyelidikan mendalam perlu dilakukan karena CCTV tidak menyorot sampai ke dalam kamar mandi tersebut.
Diona bisa membuka bajunya sendiri adalah tidak logis karena banyaknya darah yang ditemukan pada tubuh Diona tidak memungkinkan Diona untuk membuka bajunya. Sehingga Diona yang ditemukan dalam keadaan tidak menggenakan baju wajib didalami, karena tidak logis jika sudah berdarah-darah bisa membuka bajunya, sedangkan korban yang selamat saja sama sekali tidak membuka bajunya.
Dan jika Komisioner KPAI, Erlinda menyebut bisa saja karena kepanasan jadi korban Diona membuka bajunya, juga tetap tidak logis, karena jika hanya sekedar merasakan kepanasan saja, 10 korban lainnya juga merasakan kepanasan. Dan pertanyaan paling penting adalah "SIAPA YANG MEMBUKA BAJU DIONA? Ini yang perlu didalami mengingat Diona adalah perempuan.
Karena bagaimana logikanya jika Diona sudah lemah ,tidak berdaya, akibat merasakan sakit yang luar biasa akibat diseret-seret oleh salah satu pelaku turun dari lantai 2 hingga ke kamar mandi bisa membuka bajunya sendiri...?tentu gak logis itu!
loading...
Tidak ada komentar: