Parah!!! SBY Tuding Grasi Antasari Bermotif Politik, Diri Sendiri Grasikan Corby Bermotif Ibas
loading...
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (tengah), ditemani sejumlah keluarga dan kerabat, memberikan keterangan pers di kediaman pribadinya di kawasan Kuningan, Jakarta, 14 Februari 2017. (BeritaSatu Photo/Joanito De Saojoao)
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menuding ada motif lain di balik pemberian grasi terhadap Antasari Azhar beberapa waktu lalu oleh Presiden Joko Widodo. Motif itu disebutkannya adalah untuk menyerang dirinya dan mendiskreditkannya. Bahkan semakin melebar dengan tujuan menurunkan elektabilitas Agus jelang pencoblosan.
Pernyataan yang disampaikan SBY melalui akun twitter resminya membuat publik gaduh dan memberikan respon negatif atas tuduhan SBY tersebut. Apalagi, tudingan SBY ini sampai membawa-bawa Pilkada DKI yang tidak ada kaitannya dengan persoalan Antasari dan SBY.
Hal tersebut disampaikan SBY lewat akun Twitter-nya @SBYudhoyono, Selasa (14/2/2017).
“Yg saya perkirakan terjadi. Nampaknya grasi kpd Antasari punya motif politik & ada misi utk Serang & diskreditkan saya (SBY),” tulis SBY.
“Luar biasa negara ini. Tak masuk di akal saya. Naudzubillah. Betapa kekuasaan bisa berbuat apa saja. Jangan berdusta. Kami semua tahu,”
tulisnya.
SBY yang mantan Presiden ini seperti tidak paham bagaimana pengambilan grasi dilakukan. Karena Presiden adalah jabatan politis, wajar saja menurut saya kalau ada pertimbangan dan motif politisnya. Apakah hal ini akan berefek dengan serangan Antasari ke dirinya, semua kembali ke Antasari.
Antasari sendiri sejak awal sudah menyatakan bahwa dia akan membuka kasusnya tersebut. Perjuangan yang sudah dilakukannya sejak dari dia dituduh, dipenjarakan, dan kini saat sudah bebas murni. Grasi yang diberikan Jokowi tidak ada kaitannya. Pertimbangannya pun jelas karena Jokowi minta saran ke MA.
SBY sendiri seperti tidak sadar bahwa dirinya pernah melakukan grasi yang penuh dengan kontroversi. Bahkan grasinya tersebut dikaitkan dengan putra bungsu, si Pangeran Cikeas, Edhie Baskoro atau Ibas. Dalam grasi yang dilakukannya, SBY juga menyatakan ada motif politik dalam pemberian grasinya.
Hal ini dinyatakan oleh Ibas sendiri yang saat itu duduk sebagai Anggota Komisi I yang membidangi masalah luar negeri. Ibas mendukung pemberian grasi kepada terpidana narkotika asal Australia, Schapelle Leigh Corby, oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Ibas –begitu dia disapa–, diplomasi ini bisa menyelamatkan banyak WNI yang jadi terpidana di negara lain.
“Menyatakan perlakuan baik terhadap warga negara lain bisa berpengaruh baik bagi WNI yang sedang terjerat kasus hukum di luar negeri,” kata Ibas di Jakarta, Jumat 25 Mei 2012.
Meski motif politik “baik” yang dikemukakan ke publik, motif lain di dalamnya tidak bisa disembunyikan dari publik. Setidaknya publik yang punya sense politik tinggi dan tahu benar tinda tanduk Ibas ketika dia kuliah di Australia. Tidak kebetulan memang kalau Corby ini berasal dari Australia.
Tudingan ini semakin kuat karena penjelasan pemberian grasi yang dijelaskan oleh Menkum HAM Amir Syamsuddin saat itu penuh kejanggalan. Amir Syamsuddin, menyebut ada dua poin utama yang menjadi pertimbangan Presiden SBY akhirnya mengabulkan permohonan grasi yang diajukan oleh pihak Corby.
Pertama, Corby hanya menyelundupkan ganja sebesar 4,2 kilogram. Corby juga tidak terkait dengan usaha penyelundupan narkoba tingkat berat ke Indonesia.
Kedua, Amir menyebut Corby layak mendapatkan grasi karena sudah menjalani delapan tahun masa tahanan di Indonesia. Seperti tahanan lainnya, seharusnya Corby berhak mendapatkan remisi sebanyak 5 tahun dari 20 tahun hukumannya di Indonesia.
Padahal, dari hukuman yang telah ditetapkan, Corby divonis dengan dasar bahwa narkotika yang diselundupkannya tergolong kelas I yang berbahaya. Dan Corby pernah kedapatan melanggar aturan ketat yang membuatnya batal dapat engurangan hukuman selama dua bulan karena kedapatan memiliki, menyimpan dan menggunakan alat komunikasi telepon (HP).
Semua dasar di atas menjadi tidak ada artinya karena SBY sebagai Presiden menggunakan hak grasinya tanpa bisa dibantah siapapun. Kejanggalan inilah yang pada akhirnya membuat muncul isu miring terkait pemberian grasi tersebut. isu miring itu adalah adanya tukar guling antara Corby dengan rahasia Ibas yang disebut sebagai pemakai narkoba.
Kumpulan tweet @istanawatch dapat kita ketahui bahwa Ibas sudah memakai narkoba semenjak kelas 3 di SMP hingga SMA. Hal yang sebenarnya bisa saja masih dilakukannya ketika kuliah di Australia. Track record Ibas ini dpt dikonfirmasi oleh teman2 alumni SMP 20BR ex: 96 dan SMU 39 ex: 99.
Dugaan atau tudingan bahwa SBY memberi grasi kepada Corby dan juga yang lainnya pada saat itu yang semuanya identik dengan kasus narkoba tentu saja bisa dielak sedemikian rupa. tetapi fakta bahwa pemberian grasi SBY penuh dengan kejanggalan dan hal-hal miring tetap menjadi sebuah sorotan yang tidak bisa disepelekan.
Karena itu, sangat wajar rasanya kalau SBY curiga grasi Antasari punya motif politik busuk untuk menyerang dirinya dan keluarganya. Sebab SBY pun melakukan hal yang sama. Kalau tidak, mengapa SBY harus curiga dengan grasi yang diberikan kepada Antasari.
Itulah mengapa kita tidak usah heran, SBY akan selalu menyinggung masalah penggunaan kekuasaan untuk menyerangnya dan mengingatkan semua pihak untuk tidak melakukan kriminalisasi kepadanya. Kenapa?? Kemungkinan besar dia melakukan hal tersebut, atau kalaupun tidak, tahu tentang praktik seperti itu pada masa kepemimpinannya.
Salam grasi.
Pernyataan yang disampaikan SBY melalui akun twitter resminya membuat publik gaduh dan memberikan respon negatif atas tuduhan SBY tersebut. Apalagi, tudingan SBY ini sampai membawa-bawa Pilkada DKI yang tidak ada kaitannya dengan persoalan Antasari dan SBY.
Hal tersebut disampaikan SBY lewat akun Twitter-nya @SBYudhoyono, Selasa (14/2/2017).
“Yg saya perkirakan terjadi. Nampaknya grasi kpd Antasari punya motif politik & ada misi utk Serang & diskreditkan saya (SBY),” tulis SBY.
“Luar biasa negara ini. Tak masuk di akal saya. Naudzubillah. Betapa kekuasaan bisa berbuat apa saja. Jangan berdusta. Kami semua tahu,”
tulisnya.
SBY yang mantan Presiden ini seperti tidak paham bagaimana pengambilan grasi dilakukan. Karena Presiden adalah jabatan politis, wajar saja menurut saya kalau ada pertimbangan dan motif politisnya. Apakah hal ini akan berefek dengan serangan Antasari ke dirinya, semua kembali ke Antasari.
Antasari sendiri sejak awal sudah menyatakan bahwa dia akan membuka kasusnya tersebut. Perjuangan yang sudah dilakukannya sejak dari dia dituduh, dipenjarakan, dan kini saat sudah bebas murni. Grasi yang diberikan Jokowi tidak ada kaitannya. Pertimbangannya pun jelas karena Jokowi minta saran ke MA.
SBY sendiri seperti tidak sadar bahwa dirinya pernah melakukan grasi yang penuh dengan kontroversi. Bahkan grasinya tersebut dikaitkan dengan putra bungsu, si Pangeran Cikeas, Edhie Baskoro atau Ibas. Dalam grasi yang dilakukannya, SBY juga menyatakan ada motif politik dalam pemberian grasinya.
Hal ini dinyatakan oleh Ibas sendiri yang saat itu duduk sebagai Anggota Komisi I yang membidangi masalah luar negeri. Ibas mendukung pemberian grasi kepada terpidana narkotika asal Australia, Schapelle Leigh Corby, oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Ibas –begitu dia disapa–, diplomasi ini bisa menyelamatkan banyak WNI yang jadi terpidana di negara lain.
“Menyatakan perlakuan baik terhadap warga negara lain bisa berpengaruh baik bagi WNI yang sedang terjerat kasus hukum di luar negeri,” kata Ibas di Jakarta, Jumat 25 Mei 2012.
Meski motif politik “baik” yang dikemukakan ke publik, motif lain di dalamnya tidak bisa disembunyikan dari publik. Setidaknya publik yang punya sense politik tinggi dan tahu benar tinda tanduk Ibas ketika dia kuliah di Australia. Tidak kebetulan memang kalau Corby ini berasal dari Australia.
Tudingan ini semakin kuat karena penjelasan pemberian grasi yang dijelaskan oleh Menkum HAM Amir Syamsuddin saat itu penuh kejanggalan. Amir Syamsuddin, menyebut ada dua poin utama yang menjadi pertimbangan Presiden SBY akhirnya mengabulkan permohonan grasi yang diajukan oleh pihak Corby.
Pertama, Corby hanya menyelundupkan ganja sebesar 4,2 kilogram. Corby juga tidak terkait dengan usaha penyelundupan narkoba tingkat berat ke Indonesia.
Kedua, Amir menyebut Corby layak mendapatkan grasi karena sudah menjalani delapan tahun masa tahanan di Indonesia. Seperti tahanan lainnya, seharusnya Corby berhak mendapatkan remisi sebanyak 5 tahun dari 20 tahun hukumannya di Indonesia.
Padahal, dari hukuman yang telah ditetapkan, Corby divonis dengan dasar bahwa narkotika yang diselundupkannya tergolong kelas I yang berbahaya. Dan Corby pernah kedapatan melanggar aturan ketat yang membuatnya batal dapat engurangan hukuman selama dua bulan karena kedapatan memiliki, menyimpan dan menggunakan alat komunikasi telepon (HP).
Semua dasar di atas menjadi tidak ada artinya karena SBY sebagai Presiden menggunakan hak grasinya tanpa bisa dibantah siapapun. Kejanggalan inilah yang pada akhirnya membuat muncul isu miring terkait pemberian grasi tersebut. isu miring itu adalah adanya tukar guling antara Corby dengan rahasia Ibas yang disebut sebagai pemakai narkoba.
Kumpulan tweet @istanawatch dapat kita ketahui bahwa Ibas sudah memakai narkoba semenjak kelas 3 di SMP hingga SMA. Hal yang sebenarnya bisa saja masih dilakukannya ketika kuliah di Australia. Track record Ibas ini dpt dikonfirmasi oleh teman2 alumni SMP 20BR ex: 96 dan SMU 39 ex: 99.
Dugaan atau tudingan bahwa SBY memberi grasi kepada Corby dan juga yang lainnya pada saat itu yang semuanya identik dengan kasus narkoba tentu saja bisa dielak sedemikian rupa. tetapi fakta bahwa pemberian grasi SBY penuh dengan kejanggalan dan hal-hal miring tetap menjadi sebuah sorotan yang tidak bisa disepelekan.
Karena itu, sangat wajar rasanya kalau SBY curiga grasi Antasari punya motif politik busuk untuk menyerang dirinya dan keluarganya. Sebab SBY pun melakukan hal yang sama. Kalau tidak, mengapa SBY harus curiga dengan grasi yang diberikan kepada Antasari.
Itulah mengapa kita tidak usah heran, SBY akan selalu menyinggung masalah penggunaan kekuasaan untuk menyerangnya dan mengingatkan semua pihak untuk tidak melakukan kriminalisasi kepadanya. Kenapa?? Kemungkinan besar dia melakukan hal tersebut, atau kalaupun tidak, tahu tentang praktik seperti itu pada masa kepemimpinannya.
Salam grasi.
loading...
Tidak ada komentar: