Air Ludah Dijilat Kembali, SBY Batalkan Pertemuan dengan Jokowi

loading...





RENCANA pertemuan dua sahabat, Presiden Joko Widodo dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, otomatis batal. SBY sendiri yang secara sepihak ‘membatalkannya’. Loh kok? Kapan SBY membatalkannya? Hari ini. Melalui twitter pulak!

Padahal sudah ada rencana pertemuan itu akan diwujudkan usai Pilkada 15 Februari ini. Bukan tak mungkin slot pertemuan sudah diagendakan Istana Negara. Tetapi kicauan pedas SBY hari ini membuat rencana pertemuan itu tak ada gunanya lagi. Karena hubungan persahabatan telanjur hancur gegara cuitan-cuitan tendensius. Termasuk yang ramai hari ini, sampai-sampai hastag #LuarBiasaNegaraIni
langsung trending.



“Yg saya perkirakan terjadi. Nampaknya grasi kpd Antasari punya motif politik & ada misi utk serang & diskreditkan saya (SBY) *SBY*”

“Satu hari sebelum pemungutan suara Pilkada Jakarta (saya duga direncanakan), Antasari lancarkan fitnah & tuduhan keji terhadap saya *SBY*

“Luar biasa negara ini. Tak masuk di akal saya. Naudzubillah. Betapa kekuasaan bisa berbuat apa saja. Jangan berdusta. Kami semua tahu *SBY*”

Miris. Persis di Hari Kasih Sayang, 14 Februari 2017, SBY bukannya mengirim kata-kata hangat yang menyenangkan hati, malah melontarkan kicauan bermuatan serangan keras terhadap sang sahabat.

Rentetan kicauan SBY lewat akun twitter resminya, @SBYudhoyono, bak panah api yang langsung dibidikkan ke jantung Jokowi. Maksud hati membantah pengakuan Antasari Azhar di Bareskrim, SBY justru mengaitkan ucapan Antasari dengan segala hal terkait kepentingan pribadi dan kepentingan politiknya.

Mengaitkan pernyataan Antasari dengan Pilgub Jakarta yang diikuti putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Malahan secara tersirat namun sangat jelas, SBY menuding keterlibatan “kekuasaan” dalam upaya mendiskreditkan dirinya.


Siapa “kekuasaan” yang dimaksud? Bukankah itu personifikasi dari Presiden sebagai pemegang kekuasaan negara? Sudah adakah bukti di tangan bahwa kekuasaan berada di balik semua ini?

Menuding grasi kepada Antasari bermotif politik. Bukankah itu sama dengan SBY menuding Jokowi sebagai yang punya motif dan misi untuk menyerang dan mendiskreditkannya. Karena grasi adalah hak prerogatif Presiden.

Tersirat dalam cuitan itu, bahwa grasi kepada Antasari merupakan bagian dari grand design untuk menyerang SBY dan untuk menutup peluang politik AHY. Cuitan lainnya secara tegas menuding ada tangan “kekuasaan” yang bisa berbuat apa saja terhadap SBY sebagai pihak lemah dan terzolimi karena tak punya kuasa.

SBY pernah mengatakan ingin bertemu Jokowi, “tetapi, dilarang dua, tiga, orang di sekeliling beliau. Dalam hati saya, hebat juga yang bisa melarang Presiden kita untuk bertemu sahabatnya yang juga mantan presiden.”

Jika mengaku Jokowi sebagai sahabatnya, masak keinginan bertemu harus disampaikan melalui jumpa pers? Jika mengaku Jokowi sebagai sahabat, mestinya bisa telepon langsung, bicara dari hati ke hati. Bukan jumpa pers atau cuit-ciut. Dengan follower @SBYudhoyono yang mencapai lebih dari 9,5 juta, tujuannya apa lagi kalau bukan membuat pengumuman bahwa dirinya sedang dizolimi sahabatnya?

Sebagai sahabat, kok SBY selalu mengarahkan panah api ke Istana? Seorang sahabat yang baik tak akan melakukan itu. Apa yang SBY maknai dari kata “sahabat”?

Makna sahabat sangat dalam. Lebih dari kawan apalagi sekadar teman. Hubungan persahabatan selalu melibatkan emosi. Seorang sahabat ikut merasakan emosi kita. Dia ikut sakit, sedih, marah, kecewa, dan turut senang bersama kita. Dia tak cemburu buta apalagi selalu mencurigai kita.



Pantaskah mengaku sahabat jika terus saja berprasangka? Sedikit-sedikit mencurigai sahabat kita. Telepon disadap kita merasa sahabat kita terlibat. Ada orang melaporkan kita ke polisi, kok curiga ada sahabat di balik pengaduan? Sahabat macam apa itu? Itu mah musuh kaleee…!

Maka, sebelas cuitan SBY di Valentine Day merupakan surat tak langsung untuk membatalkan pertemuan dengan “sahabatnya”.

Di hari Valentine Ini, saya mengirim kutipan menarik tentang persahabatan untuk Pak SBY.

“Sahabat itu selalu hadir saat kau terluka, menghilang sesaat saat kau bahagia. Ia sengaja memberi ruang bagimu untuk mengisi penuh paru-parumu dengan kebahagiaan dan garis bibirmu penuh senyuman.”

Happy Valentine Day, Pak SBY! Dari seseorang yang bukan sahabatmu. (*)



loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.