Akankah Kuping Haji Lulung Terbuat dari Tepung Maizena?

loading...







Lulung dan Ahok bagai minyak dan air, tidak akan pernah menjadi satu. Di sini saya akan bahas secara singkat tentang asal muasal perseteruan.

LATAR BELAKANG LULUNG VS AHOK

Ahok berusaha menertibkan PKL di Tanah Abang, sekitar Juli 2013. Ahok menduga ada tokoh dibalik layar yang menjamin keamanan para pedagang pinggir jalan. Ahok mengatakan bahwa ada oknum DPRD yang bermain di Tanah Abang, walaupun tanpa menyebut nama. Lulung baper lalu menjawab supaya Ahok dicek secara kejiwaan. Dari sanalah Lulung otomatis langsung dikaitkan.

September 2014, Lulung mengancam akan membinasakan karier politik Ahok. Ahok membalas netral, dengan mengajak sama-sama melihat, siapa yang kariernya lebih dulu binasa. Melihat beberapa indikator pelanggaran Lulung terutama menyangkut urusan Tanah Abang, Ahok meminta Mendagri saat itu, Gamawan Fauzi, untuk mencopot dia dari wakil ketua DPRD DKI Jakarta.

Perseteruan berlanjut, Lulung mencap Ahok sebagai “sumber konflik” di pemerintahan Jakarta. Untuk menggantikan Jokowi, Ahok perlu restu dari DPRD DKI Jakarta, menurut Lulung, “Jangan bermimpi.” Tanggal 28 Oktober 2014, mimpi menjadi kenyataan. Setelah tarik ulur lama, Ahok tetap diusulkan kepada Mendagri untuk menjadi Gubernur DKI menggantikan Jokowi.

Lulung melanjutkan nyanyiannya dengan mengatakan bahwa tanpa dukungan kekuatan parpol, Ahok akan masuk penjara. Penggelembungan APBD Rp 12.1 Triliun yang saat itu disebut sebagai dana siluman, dibongkar Ahok, dan Lulung kembali bicara menyerang pribadi Ahok yang “tidak tahu adat istiadat”.

Februari 2016, Ahok ingin menertibkan kawasan Prostitusi Kalijodo. Lulung kembali muncul ke media dan mengatakan bahwa Ahok harus manusiawi dalam menertibkan. Manusiawi berarti melakukan dialog dengan tokoh lokal. Lulung sambil mengkritik Ahok, sambil menawarkan diri untuk ikut turun tangan. “Saya yakin mereka mengenal saya dengan baik,” kata Lulung saat itu tentang hubungan baik dirinya dengan kawasan prostitusi. SUMBER 1, SUMBER 2, SUMBER 3

KUMPULAN JANJI IRIS KUPING DARI LULUNG

PERTAMA, Lulung berjanji iris kuping bila Ahok berani menggugat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ke pengadilan terkait hasil audit pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras.

“Kalau dia berani (gugat BPK ke pengadilan), bilang Ahok, gue potong kuping gue. Haji Lulung minta dipotong (kupingnya). Kalau dia berani nih ke pengadilan tuntut BPK, potong kuping gue,” kata Lulung sambil menarik-narik telinganya di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (14/4/2016).

Setelah menjalani pemeriksaan oleh KPK untuk menjawab 50 pertanyaan selama 12 jam, Ahok terbukti tidak terlibat tindakan korupsi. Lahan yang dibeli itu rencananya akan digunakan untuk pembangunan RS kanker dan jantung.

Namun sayangnya, kuping Lulung aman saat itu. Ahok, setelah mendapat nasihat dari Yusril Izra Mahendra tentang BPK yang tidak dapat digugat (atau sangat sulit digugat hasil auditnya karena di atasnya hanya ada Majelis BPK), memutuskan untuk tidak melanjutkan gugatannya dan kembali bekerja mengatur Jakarta.

KEDUA, Ahok yang berada di luar partai ingin maju Pilkada DKI 2017. Untuk maju kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta, Ahok hanya bisa melalui jalur independen. “Saya mau iris ini, kuping saya, kalau dia mau ke independen,” ujar Lulung saat ditemui di Jakarta Selatan, Sabtu (25/6/2016). Bukan hanya satu kuping, tapi kedua-duanya dengan batas waktu sampai waktu pendaftaran habis.

Seperti yang kita ketahui, Ahok berhasil mengumpulkan suara dari jalur independen. Perihal setelahnya dia mendapat dukungan partai, itu urusan lain. Yang jelas, satu juta KTP sudah terkumpul sebelum partai memutuskan mau berdampingan dengan Ahok.

Lulung seharusnya kehilangan sepasang kupingnya!














Ingkar janji, kuping Lulung masih utuh sepasang. Ahok sebenarnya akan sangat terbantu bila memiliki sepasang kuping itu. Kuping Lulung, sekalipun mungkin bentuknya kurang menarik, memiliki nilai koleksi tinggi. Barang dengan nilai koleksi tinggi, bila dilelang, akan menarik dana kampanye yang tidak sedikit.

KETIGA, dalam persidangan tuduhan penistaan Agama, Lulung kembali berjanji iris kuping bila eksepsi keberatan Ahok diterima Hakim.

“Saya iris kuping kalau hakim terima eksepsi Ahok,” kata Lulung saat dihubungi Rmoljakarta (Jawa Pos Group), Selasa (13/12). Lulung melanjutkan kata-katanya dengan menyebut tangisan Ahok sebagai trik saja, bukan air mata tulus.

Kali ini, kuping Lulung aman. Eksepsi keberatan Ahok tidak diterima dan persidangan berjalan terus.

KEEMPAT, bila Ahok menang Pilkada 2017, Lulung kembali berjanji akan potong kuping, bukan hanya iris lagi, plus dengan tambahan bonus potong hidung.

“Saya katakan, Ahok pasti kalah. Kalau Ahok menang, saya berani potong kuping dua-duanya dan potong hidung. Karena kenapa? Dia pasti kalah,” kata Lulung pada video tersebut.

Sejauh ini quick count menunjukkan Ahok-Djarot urutan pertama. Memang nanti akan berlanjut pada putaran ke-2, namun kita bisa sepakat bahwa putaran pertama, Ahok bersama Djarot yang jadi juara. Bila mengacu pada hasil ini, seharusnya Lulung sudah kehilangan kuping untuk yang kedua kali dan ditambah kehilangan hidungnya.

Baiklah, seandainya Lulung berkilah Pilkada 2017 masih setengah jalan, belum selesai, tidak apa. Ahok tetap memiliki hak untuk meminta setengah irisan kuping Lulung, baik dari kuping kanan maupun kuping kiri, dan setengah irisan hidungnya.






Kalah taruhan pertama sudah diingkari, masak yang ini juga lari? Situ Wakil Ketua “Dewan Perwakilan Rakyat Daerah” kok kerjanya buat janji-janji palsu ke rakyat? Rakyat butuh kuping Lulung, percayalah. Silahkan komen di bawah untuk yang pro-kuping Lulung, baik dari kalah taruhan pertama maupun taruhan yang kedua sekarang.

Pilkada 2017 memang belum usai, masih ada satu putaran. Tapi sekali lagi, Ahok berhak atas setengah kuping kanan, setengah kuping kiri, dan setengah hidung Lulung karena Pilkada DKI 2017 sudah berjalan setengah jalan di mana putaran pertama, Ahok yang menang. Sumber 4, Sumber 5, Sumber 6, Sumber 7

PENUTUP

Abraham Lunggana atau Lulung rupanya sangat ingin sekali membuang kuping dan hidungnya. Kita tidak pernah tahu apa alasan sebenarnya, karena memang manusia tidak akan pernah puas dengan bentuk fisiknya. Namun, supaya terkesan heroik dan berwawasan kebangsaan (?), mutilasi struktural itu dilakukan dalam ranah taruhan politisnya.

Kita sama-sama berdoa supaya apa yang diinginkan Lunggana dapat dikabulkan oleh Tuhan YME. Semoga kelak suatu hari kita benar-benar akan melihat seorang manusia tanpa kuping dan hidung, berjalan memimpin rapat di kalangan eksekutif dewan di ibukota.

Betapa indah memahami perbedaan. Tidak semua harus dipaksa seragam. Kadang kita juga membutuhkan perwakilan rakyat yang kuping dan hidungnya terbuat dari tepung maizena. Beda itu biasa, dukung beliau supaya jangan rendah diri.




loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.