Hasil Quick Count : Prihatin Melihat Agus Di Pilgub DKI
loading...
Betul, perhitungan asli Pilgub belum selesai. Ya, hasil quick count bisa berbeda dengan data asli. Tapi jangan lupa, quick count bila dilakukan secara cermat dan sesuai metode ilmiah (Bukan pesanan) maka hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan hasil sebenarnya.
Lihatlah hasil quick count LSI, Polmark, dan SMRC. Agus berada pada kisaran 17% dibanding Ahok dan Anies yang berada di kisaran 40%. Data yang masuk pun sudah mencapai 50%. Memang hasil quick count masih akan berubah, tetapi bila data masuk sudah diatas 50%, maka perubahan hanya akan sekian persen. Bila Pilgub DKI masuk ke putaran kedua pun, kemungkinan sangat besar Agus tidak akan masuk.
Bakal Kejang-Kejang Dan Twitter Lagi?
Masih ingat gerakan bela islam yang konon katanya diikuti 7 juta orang? Gerakan tersebut gagal total, toh Ahok masih sangat kuat di Pilgub. Dana investasi para donatur pun menguap, tujuan menjegal Ahok tidak berhasil. FPI yang merupakan pendukung Agus pun mesti berubah haluan, jagoan mereka sudah keok.
Setelah begini bagaimana nasib Agus? Dana kampanye memang sebagian besar dari sumbangan, bukan dari kocek sendiri. Tapi ada satu hal yang sangat memukul Agus setelah kalah dalam Pilgub ini. Agus kehilangan pekerjaan dan jati dirinya.
Agus sudah tidak bisa kembali ke militer. TNI tidak mungkin mau menerima Agus lagi, toh memang peraturannya anggota militer tidak boleh berpolitik. Sebagai politikus juga Agus sangat-sangat hijau. Bisa-bisa Agus bonyok duluan sebelum bisa jadi anggota legislatif.
Setelah ini Agus mau jadi apa pun tidak ada yang bisa menjawabnya. Pastinya Agus bakal stress karena hal ini. Hilang uang, hilang tenaga, hilang muka, hilang pekerjaan, pokoknya rugi besar. Satu-satunya penolong adalah sang pepo mantan presiden. Mungkin saja SBY bisa melobi agar Agus bisa mendapatkan pekerjaan lain. Masak mantan presiden tidak memiliki koneksi?
Sebagai konsekuensi terbesarnya nama Agus bakal tenggelam. Hanya Demokrat yang berani mengajukan Agus yang masih lugu, itu pun karena dorongan peponya. Bila pengaruh SBY sudah hilang, nama agus tidak akan terdengar lagi di kancah politik Indonesia. Ibas sendiri yang dulu cukup terkenal pun sekarang tersandung nyanyian Antasari.
Setelah quick count selesai mungkin saja SBY bakal bermain twitter lagi, bertanya kepada presiden dan Kapolri mengapa anaknya bisa kalah. Atau mungkin kembali play victim bahwa anaknya kalah karena fitnah-fitnah keji. Yang jelas hasil pilgub sudah sangat kecil kemungkinan memenangkan Agus.
Demo Berkedok Agama Tidak Efektif
Sudah merupakan ‘kewajaran’ bahwa kaum sesapian menolak Ahok hingga titik darah penghabisan. Fatwa pun dipakai hanya untuk menjegal Ahok, kepala daerah lain yang bisa nego-nego dibiarkan. Sudah kita tahu semua bahwa Ahok dijegal bukan hanya karena agamanya, tapi karena beliau mengeringkan lahan basah di Jakarta.
Lahan basah dalam artian banjir dan pungli, sudah mulai dituntaskan oleh Ahok. Memang banjir masih ada, tapi sudah cepat surut. Pungli yang benar-benar berhasil dibersihkan oleh Ahok. Sulit untuk menemukan PNS yang masih berani minta uang rokok, kalau ketahuan langsung distafkan.
Kaum sesapian juga akan kehilangan mata pencaharian, toh demo-demo mereka gagal membuahkan hasil. Satu-satunya hasil adalah Ahok menjadi tersangka. Tidak ada lagi hasil yang didapat setelah itu. Jasa mereka tidak akan dipercaya lagi untuk memuluskan kehendak sang donatur.
Sekarang yang tertinggal adalah Anies dan Ahok. Pertarungan ini akan lebih sengit, dua-duanya dikenal luas dan masing-masing memiliki prestasi. Apakah kaum sesapian akan ngotot terus-menerus menyerang Ahok juga belum jelas. Hanya black campaign yang sekarang masih mampu menjegal Ahok.
Meski menurut quick count Ahok tidak menang satu putaran, sudah terlihat bahwa demo berkedok agama tidak lagi efektif mempengaruhi pemilih. Rakyat Jakarta sudah sadar betul, siapa yang pantas dipilih dan siapa saja yang hanya bermimpi.
Progam-progam Anies tergolong tidak realistis. Rumah tanpa DP tapi tidak dijelaskan dengan jelas dananya dari mana. Sandiaga juga terlalu menitikberatkan pada bisnis. Mereka masing-masing memang hebat pada bidangnya, namun bila dipercaya sebagai Gubernur maka hasilnya masih meragukan.
Ahok sendiri sudah terbukti mampu membenahi Jakarta sampai-sampai menyengol banyak pihak. Banjir hilang, pungli sirna, Jakarta benar-benar butuh sosok Ahok untuk mengurusnya. Saat putaran kedua nanti, akan terlihat pilihan warga Jakarta, Gubernur model mana yang mereka mau. (15/02/2017)
loading...
Tidak ada komentar: