[Video] Pembakaran Karangan Bunga Viral! Polisi Mendiamkan, Wakil Buruh Minta Maaf, Kami Ampuni Kalian

loading...

Puluhan karangan bunga untuk menyemangati Ahok-Djarot yang berjejer di Jl Medan Merdeka Selatan dibakar oleh para buruh yang sedang mengikuti aksi peringatan hari buruh yang dikenal dengan May Day. Pihak buruh mengatakan bahwa aksi bakar-membakar ini bagian dari ‘bersih-bersih‘. Bersih-bersih? Yang benar saja?


Ancaman terhadap sistem demokrasi menjadi semakin nyata, dengan kehadiran para buruh yang bertindak anarkis. Demokrasi bukan anarkis. Demokrasi adalah salah satu sistem negara yang melibatkan warga di dalam mengambil keputusan, bukan merusak tatanan negara. Jangan sampai “demokrasi” dirusak oleh orang-orang yang merasa memiliki pengaruh besar.

Jikalau mereka menganggap pembakaran ini adalah aksi dari bersih-bersih, tentu ini menjadi alasan yang tidak masuk akal. Maukah rumah para oknum buruh (jika ada), ingin dibersihkan? Jangan salahkan saya jika saya “membersihkan” rumah Anda dengan api. Memang mungkin saja otak para oknum buruh ini sangat terbatas dan tidak dapat memberikan alasan yang lebih masuk akal. Bersih-bersih? What?

Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Jupan Royter menyebut Ketua Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI) sudah menyampaikan permohonan maaf atas pembakaran karangan bunga Ahok. Permintaan maaf ini dianggap sebagai lip service, atau hanya basa-basi.

Pembakaran sudah terjadi, maaf pun sudah berlalu begitu saja. Namun kami sebagai pendukung Ahok Djarot sebenarnya sudah memaafkan para koordinator aksi buruh dan para pembakar karangan bunga. Para pendukung Ahok Djarot tidak bersumbu pendek, seperti pendukung Anies Sandi. Kami melihat aksi ini secara dewasa. Kami hanya tidak ingin meniru reaksi-reaksi para pendukung Anies Sandi yang kebanyakan bersumbu pendek.



Sedikit diganggu, mereka akan reaktif sekali, seperti logam natrium yang terkena air. Para pendukung Ahok Djarot tidak reaktif, kami sedih, namun kami menelan apa yang terjadi, kami menerima apa yang sudah terjadi dan kami ikhlas. Namun di dalam “kepasifan” para pendukung Ahok Djarot, mereka memberikan dukungan aktif secara positif. Inilah yang membedakan pendukung Ahok Djarot dengan pendukung Anies Sandi. Kami manusia, kami bukan petasan yang memiliki sumbu yang pendek.

Kami sudah memaafkan para pendukung Anies Sandi, bahkan sebelum pilkada dimulai. Isu-isu SARA yang menghantam kepada pasangan Ahok Djarot, menjadi satu hal yang sudah kami pernah rasakan. Itupun sudah kami maafkan. Karangan bunga yang datang, diprediksi akan menjadi semakin banyak, justru karena ulah para pendukung Anies Sandi. Ini lah yang menjadi anomali/ keanehan yang harus diterima.



“Ketua FSP LEM SPSI-nya sudah minta maaf. Tidak disengaja. Mungkin mereka merasa kenapa nggak tidak diangkatin, menurut mereka. (jadi) dibersihkan,” – Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Jupan Royter

Personel Satpol PP yang berada di kawasan Balai Kota menurut Jupan sudah mencegah aksi buruh membakar karangan bunga di Jl Medan Merdeka Selatan.

Spontanitas mereka menunjukkan bagaimana ketidak dewasaan mereka di dalam menghadapi relita. Bukan hanya terlihat tidak dewasa, para pendukung Anies Sandi mempertontonkan “kemaluan” mereka di depan umum. Mereka panik, karena pasangan calon dukungan mereka, yaitu Anies Sandi tidak mendapatkan bunga, melainkan pasangan Ahok Djarot yang kalah, mendapatkan karangan bunga.


“Spontan saja mereka bakar, katanya mereka spontan. Mereka sudah minta maaf tadi,” – Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Jupan Royter

Mereka semakin takut, karena melihat Ahok Djarot yang semakin besar. Keberadaan Ahok Djarot seolah-olah melumat habis kemenangan Anies Sandi. Bayangkan saja kekalahan Ahok Djarot, dapat menjadi sebuah momen untuk mempermalukan Anies Sandi, yang selama ini pendukungnya memainkan isu SARA.



Para buruh menjadi anarkis, bukan karena tidak ada kepala, tetapi karena kepala mereka membiarkan hal anarkis ini terjadi. Bagaimanapun, para pendukung Anies Sandi tidak mungkin dapat menyaingi kedewasaan kedewasaan pendukung Ahok Djarot.

Inilah yang kita namakan suara Tuhan, suara rakyat. Silent majority memang tidak selalu reaktif menanggapi apapun. Namun kita lihat saja, apa yang akan dilakukan oleh silent majority ke depannya.


Vox Populi, Vox Dei – Suara Rakyat, Suara Tuhan

Para buruh khususnya para pendukung paslon tiga semakin tidak bisa membendung kecintaan rakyat kepada Ahok Djarot. Kita lihat saja apa yang akan terjadi, setelah bunga-bunga tersebut dibakar. Tunggu tanggal mainnya. Janganlah kalian jadi orang-orang yang hatinya penuh dengan iri hati, kebencian, kedengkian, dan kemunafikan. Kalianlah yang rugi, kalianlah yang menabur angin, kelak akan menuai badai.



Sumber
loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.