DP 0 Rupiah Anies Di-Skakmat Ahok, Sandi Menangis Dalam Pelukan Anies

loading...
 


Pertanyaan Ahok yang mematikan tadi malam, Rabu (12/04/17) di Debat Final Pilkada Jakarta adalah mengenai DP 0 rupiahnya Anies-Sandi. Kelihatan memang Ahok sudah mempersiapkan pertanyaan ini jauh-jauh hari. DP 0 rupiah ini memang program andalan dari Anies-Sandi, sehingga Ahok perlu menanyakan hal ini langsung kepada Anies, agar masyarakat paham bagaimana mekanisme dari program Anies-Sandi yang 0 rupiah ini.
 

Ahok tahu bahwa program andalan Anies-Sandi ini selalu berubah-ubah, baik DP-nya mau pun rumahnya. Sesekali dikatakan bahwa DP-nya 0%, lain kali mengatakan DP-nya 0 rupiah di lain kesempatan Anies menyampaikan bahwa DP-nya harus ditabung dulu selama 6 bulan. Begitu juga rumah yang akan dibiayai kadang Anies mengatakan rumah tapak, kadang Sandi mengatakan rumah itu berbentuk vertikal alias rumah susun. Begitu juga dengan harganya Anies mengatakan banyak rumah tapak yang berharga Rp.350 juta di Jakarta ini, tetapi Ahok tahu untuk mencari rumah tapak seharga segitu tentu tidak akan mudah. Kalau pun ada itu terletak di gang-gang sempit dengan ukuran tidak lebih dari 30 meter persegi. Rumah tersebut tentu tidak akan mendapatkan pembiayaan dari perbankan. Karena salah satu syarat pembiayaan perumahan dari perbankan adalah bahwa rumah yang akan dibiayai tersebut harus bisa dilalui kendaraan roda empat.

Karena rumah tapak sangat mustahil untuk didapatkan di Jakarta ini (walau pun Anies mengatakan bahwa disalah satu situs perumahan terdapat banyak rumah seharga segitu), makanya Sandi kemudian mengatakan bahwa rumah yang dibiayai tersebut adalah Vertical Housing yang berarti rumah yang akan dibiayai tersebut adalah rumah susun yang seperti digagas oleh Ahok-Djarot.

Pertentangan-pertentangan yang terjadi pada program unggulan Anies-Sandi inilah yang menjadi peluru Ahok untuk ditembakkan ke Anies Baswedan pada debat terakhir Pilgub Jakarta tadi malam. Dan jawaban Anies pun seperti biasa penuh dengan kata-kata manis dan retorika. Sehingga apa yang menjadi substansi jawaban dari pertanyaan Ahok menjadi kabur. Apa yang ditanyakan apa pula yang menjadi jawaban Anies. Yang penting bagi Anies jawaban harus dengan kata-kata manis, terstruktur dan muter-muter sehingga kelihatan bahwa Anies itu pintar. Ya, pintar memutar-balikkan kata-kata sehingga enak untuk didengar tetapi kosong makna.

Setelah dicecar oleh Ahok dengan pertanyaan rumah yang dimaksud oleh Anies-Sandi apakah rumah tersebut rumah tapak atau rumah susun, Anies malah mengatakan bahwa mereka tidak membangun rumah baik rumah tapak atau pun rumah susun, tetapi program yang mereka gagas ditekankan pada pembiayaan perumahan baik itu rumah tapak mau pun rumah susun, jadi yang pasti program mereka berkenaan dengan pembiayaan yang mana program tersebut melibatkan pihak swasta.
 

“Saya bingung, apakah program itu untuk rumah susun atau tapak, serta apakah rumah itu untuk mereka dengan gaji di bawah Rp 3 juta atau Rp 7 juta,” kata Ahok dalam debat final Pilkada DKI di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4/2017).


“Jadi program kami bukan tentang pembangunannya, tapi tentang instrumen pembiayaannya. Pembangunan bisa dilakukan oleh pemerintah atau swasta, kami yang menyiapkan pembangunannya,” ujar Anies.

“Kalau kita berpihak pada rakyat, maka solusinya adalah carikan rumah yang sesuai dengan yang mereka maui,” ujar Anies.

Kemudian Ahok menyatakan bahwa jawaban dari Anies tidak nyambung. Karena lain yang ditanyakan lain pula jawabannya. Jaka Sembung bawa golok…. tidak nyambung.. go*lok.


“Ini tidak menjawab sebenarnya. Kenapa kami mendorong kayak yang di Krukut untuk ke rusun, karena rumah tinggal itu berdasarkan penelitian minimal luasnya 36 meter persegi. Tidak mungkin masyarakat seperti itu bisa memiliki rumah kalau bukan kami yang membangunkan,” kata Ahok.

Kemudian Anies mengatakan bahwa program mereka sangat mungkin untuk dijalankan karena private sector maksudnya swasta sudah mau bekerja sama. Yang jadi pertanyaan pihak swasta tersebut mau bekerjasama dalam bidang apa? Membangun fisik rumah atau mau bekerjasama dalam pembiayaan perumahan? Itu yang tidak jelas dari Anies Baswedan. Jika pihak swasta didorong untuk membangun perumahan tentu banyak yang mau membantu asalkan saja Pemprov menyiapkan lahan yang banyak untuk membangun perumahan. Dimana di Jakarta yang masih mempunyai lahan kosong untuk dibangun rumah seharga Rp.350 juta? Itu yang menjadi pertanyaan dasar bagi Anies. Begitu juga jika pihak swasta dilibatkan dalam hal pembiayaan, lalu dimana peran Pemprov?


“Kami sudah menemukan solusinya. Dan private sector juga mau bekerja sama dan itu sangat bisa. Ini tentang keberpihakan pada warga yang tidak bisa punya rumah. Dan secara teknis nanti solusinya akan berkembang,” ujar Anies.

Karena tidak puas dengan jawaban Anies, Ahok kembali menyindir program unggulan Anies tersebut dengan mengatakan bahwa Anies hanya bisa beretorika saja. Bahkan Ahok menyatakan bahwa Ahok malah bisa menyiapkan rumah bagi warga Jakarta tanpa harus mencicil, tinggal membayar biaya pemeliharaan saja.


“Ini terlalu retorika, ya. Anda bilang 41 persen orang Jakarta tidak punya rumah. Itulah mengapa kita di reklamasi, kita pingin setengah dari pulau-pulau itu punya DKI. Jadi nanti anak-anak muda bisa punya rumah di situ. Tidak usah bayar, cukup bayar pemeliharaan. Jadi punya rumah,” kata Ahok.

Jadi program unggulan Anies-Sandi DP 0 rupiah itu bagi Ahok hanya sekedar retorika saja, tak mungkin bisa dijalankan. Seperti Pengembang yang mengiklankan DP 0%, padahal itu hanya gimmick belaka. Ahok memberikan solusi perumahan yang jitu tanpa DP, tanpa mencicil. Bisa tinggal selamanya asal mempunyai KTP DKI.

Ketika debat selesai Sandi memeluk erat Anies Baswedan, Dari mimik wajahnya kelihatan Sandi begitu sedih, kalau dilihat dari dekat akan kelihatan air mata Sandi yang menetes membayangkan uangnya yang 70 milyar menguap begitu saja ketika mendengar jawaban Anies yang ngelantur kemana-mana. Kasian. ***



Sumber
loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.