Wow! GNPF-MUI Sebut HT Dikriminalisasi, Minta Jaksa Agung Dicopot, Ada Apa??
loading...
Tidak ada hujan dan tidak ada petir Ketua Tim Advokasi GNPF-MUI Kapitra Ampera menilai, Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe) sedang dikriminalisasi melalui SMS kepada Jaksa Yulianto. Entah paham atau tidak kasus hukumnya, kata “kriminalisasi” memang sudah identik dengan gerombolan GNPF-MUI dan FPI.
Pokoknya, siapapun bisa mereka sebut sedang mengalami kriminalisasi tidak peduli kalau sudah ada bukti atau tidak. Semua akan dikatakan kriminalisasi asal ada kedekatan tertentu. Kedekatan tertentu ini pastinya adalah kedekatan ideologi dan merupakan sebuah persekutuan sevisi.
“Kriminalisasi itu adalah suatu perbuatan yang tidak dilakukan, tetapi dipidanakan. Kemudian dibuatlah simulasi bahwa dia melakukan kejahatan,” kata Kapitra, Senin (26/6/2017).
“Jadi Jaksa Agung harus dipecat karena enggak memberi ruang rakyat untuk mengoreksinya kinerjanya,” kata Kapitra.
“(Kriminalisasi terhadap Hary Tanoe) dapat dikualifikasikan sebagai meta criminality atau kejahatan di atas kejahatan,” tutur dia.
“Pemerintah (Kejaksaan RI) bekerja untuk rakyat. Jadi rakyat mengontrol. Seandainya ada penilaian dari masyarakat maka itu tidak bisa dipidana,” ucap dia.
Sebenarnya kalau ada yang membela kasus Hary Tanoe ini wajar-wajar saja. Tetapi ada sebuah kewajaran yang tidak sinkron kalau orang-orang yang dulu dengan sangat lantang bersuara menentang Hary Tanoe, dan maaf pernah juga menyebut Hary Tanoe “Babi”.
Pernyataan itu diteriakkan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, yang dengan sangat berapi-api memberikan orasi kepada ribuan orang yang berunjuk rasa di Bundaran HI, Jakarta Pusat. Rizieq dengan sangat jelas dan terbuka menantang Hary Tanoe selaku penyelenggara Miss World dengan jurus ‘kemplang babi’.
“Hary Tanoe adalah babi. Siap potong babi? Siap bakar babi? Siap kemplang babi?” Teriak Rizieq dari mobil komando, Sabtu (14/9/2013) sore.
“Kalau mereka tetap paksakan untuk gelar penutupan Miss World dengan dijaga pasukan antiteroris, Umat Islam akan tetap datang. Kami siap mati untuk Allah dan rasulnya. Siap perang di Sentul, habisi siapa saja yang membela Miss World!” Tegas Rizieq.
Itu dulu, sekarang setelah hampir 4 tahun peristiwa penyebutan nama binatang kepada Hary Tanoe, kini kubu FPI dengan bungkus bernama GNPF-MUI membela Hary Tanoe. Apakah pembelaan ini atas sepengetahuan ulama besar FPI, Rizieq Shihab?? Tidak ada yang tahu, tetapi kalau sudah berbicara memakai nama GNPF-MUI, maka ada harga besar yang harus dibayar.
Tidak murah biaya yang dipasang oleh GNPF-MUI untuk melakukan pembelaan terhadap siapapun. Bayangkan saja, Kalau mau demo. mereka harus mengerahkan ratusan bahkan ribuan orang. Semakin besar yah semakin besar juga biayanya. Itulah mengapa waktu demo aksi bela ulama (ABU) yang datang hanya sedikit. Karena isunya tidak menarik dan tidak ada nama Ahoknya.
Lalu apakah pembelaan dengan hanya menyatakan kalimat dan disebar di media MNC sebagai sebuah usaha legitimasi dukungan GNPF-MUI ada harga yang harus dibayar?? Kalau itu saya tidak berani memastikan, tetapi saya berani menjamin kemungkinan ada harga yang harus dibayar.
Harga yang harus dibayar itu tidak murah karena berurusan dengan aksi menjilat ludah sendiri. Membela Hary Tanoe bukan saja sedang menjatuhkan harga diri mereka yang sudah minus semakin minus, tetapi juga seperti sedang tidak masuk akal karena membela aseng. Apalagi aseng ini tidak seperti aseng Lieus yang sudah satu kubu dengan mereka secara permanen.
Membela Hary Tanoe yang statusnya sama dengan Ahok yang double monority. Tentu menjadi sebuah keanehan kalau GNPF-MUI mau membela Hary Tanoe yang dalam pergerakannya bahkan ingin menjadi Presiden. Apakah GNPF-MUI setuju kalau Hary Tanoe jadi Presiden? Bukankah mereka harusnya senang kalau Hary Tanoe nyungsep sebelum benar-benar jadi Presiden??
Apakah ini semakin memperkukuh dugaan kalau surat Al Maidah 51 hanya diperuntukkan kepada Ahok karena tidak mau berteman setia dengan mereka?? Pertemanan transaksional tentunya. Ada uang abang disayang, ga ada uang abang didemo habis-habisan.
Tetapi berharap GNPF-MUI akan konsisten dengan ucapan mereka sama saja seperti berharap ada orang jualan ice cream di padang pasir. Mustahil bin ajaib. Tidak pernah ada konsistensi kalau sudah bicara tentang harga yang sesuai. Kalau menteri Susi menolak uang triliunan demi sebuah integritas kalau mereka-mereka ini recehan pun diterima.
Maaf kalau tersinggung, tetapi image GNPF-MUI dan FPI yang bergerak karena ada sebuah harga yang sedang ditawarkkan atau sudah diterima tidak bisa lepas dari gerombolan kaum intoleran ini. Apalagi mereka seperti punya penawaran yang bagus saat ini setelah berhasil bertemu dengan Presiden. Jualan pun semakin laku.
Selamat kepada Hary Tanoe dapat dukungan dari GNPF-MUI. Tetapi sayangnya dukungan tersebut tidak akan mendapatkan respek oleh banyak pihak. Entahlah bagaimana dengan alumni 212 yang diklaim ada 7 juta orang meski dalam aksi terakhir tidak sampai 150 orang. Tetapi dukungan ini semakin membuktikan bahwa Hary Tanoe sedang dalam posisi tidak menguntungkan.
Salam Ada Apa.
loading...
Tidak ada komentar: