HEBOH VIRAL!!! Ternyata Aa Gym Tidak Layak Ikut Pilgub Jabar. Simak Ulasannya....

loading...

Dalam tulisan sebelum ini saya sampaikan bahwa Pilgub Jabar 2018 berkemungkinan hanya akan diikuti oleh dua pasang calon saja. Yakni sepasang Ridwan Kamil, walikota Bandung sekarang yang terkenal dengan tagline Bandung Juaranya, yang mulai populer sejak menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung yang lalu. Dan sepasang Dedi Mulyadi, bupati Purwakarta saat ini yang berhasil membuat Purwakarta yang semula tidak dikenal kini menjadi termasyhur hingga ke mancanegara dan sering dibicarakan publik, dengan membawa dua narasi besar: budaya dan desa. Lebih jelas tentang ini silahkan buka link ini: Mungkinkah Pilgub Jabar Hanya antar Dedi Versus Emil?

Lalu ada pembaca yang bertanya dalam komentar, bagaimana dengan sosok calon lain, seperti Dedi Mizwar dan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)? Menurut saya, dari segi partai, baik Mizwar maupun Gymnastiar hanya berpeluang dicalonkan oleh Gerindra dan atau PKS.

Pada saat yang sama, kita melihat kedua partai ini kurang percaya diri mengusung calonnya sendiri. PKS lebih memprioritaskan kadernya sendiri untuk diusung, yakni Netty isteri Aher. Sosok ini tidak marketable secara politik. Sehingga, PKS tidak percaya diri untuk mengusungnya. Yang paling mungkin adalah PKS mengusung calon dari luar. Kemungkinannya memang ada pada A Gym. Masalahnya, PKS tidak bisa mengusung sendiri. Dan partai yang paling dekat untuk berkoalisi dengannya adalah Gerindra.

Sementara itu, Gerindra sendiri belum tentu sreg dengan sosok Aa Gym. Gerindra sepertinya masih menyimpan Dedi Mizwar sebagai cadangan calon, yang bisa diajukan jika tidak ada opsi lain. Mungkin saja Gerindra mengajukan Mizwar sebagai cagub, dan berkoalisi dengan PKS yang akhirnya menyepakati Gymnastiar sebagai calon wagub bagi Mizwar.

Masalahnya, Gerindra sendiri saat ini juga membangun komunikasi dan lobi dengan sosok lain, yakni Dedi Mulyadi hingga mendatanginya ke Purwakarta. Ini artinya, Gerindra sendiri tidak menutup kemungkinan untuk turut mengusung Dedi Mulyadi, bergabung dengan Golkar dan Hanura yang sudah lebih dahulu mendeklarasikan dukungannya untuk Dedei Mulyadi.

Jika Gerindra jadi mendukung dan mengusung Dedi Mulyadi, maka peluar Mizwar dan Gymnastiar pupus. Ini berarti hanya akan ada satu Dedi di Pilgub Jabar 2018, yakni Dedi Mulyadi saja. Dedi Mizwar lewat, Abdullah Gymnastiar hilang. Keduanya hanya sempat ramai dalam obrolan semata. Lebih jauh tentang ini silakan baca tulisan berjudul Dalam Pilgub Aa Gym Hanya akan Seperti Yusril.

Khusus berkaitan dengan Aa Gym, melihat track recordnya selama ini, penulis melihat bahwa ia tidak sepantasnya berada dalam jalur politik, termasuk politik Pilkada di provinsi di mana ia tinggal. Kapasitasnya bukan berada di pentas politik yang sarat dengan berbagai manuver dan trik. Dunia politik sangat berbeda dengan dunia yang selama ini ia geluti.

Masih ingat dulu ketika ia mencuit dan mengupload foto banjir di Jakarta, namun salah mengupload foto? Ia mengunggah foto banjir di Jakarta, namun foto yang diunggahnya adalah foto banjir pada waktu sebelumnya, tetapi dikesankan seolah-olah banjir itu terjadi sekarang. Tujuan penggunggahan foto itu tidak lain adalah untuk memberikan citra buruk pada Ahok yang saat itu menjadi Gubernur DKI. Setelah netizen ramai mempersoalkan foto itu kemudian Aa Gym menghaputs foto tersebut dari akunnya.

Kasus salah unggah foto itu memunculkan beberapa kesan negatif di kalangan netizen. Pertama, Aa Gym tidak cermat memahami persoalan, sehingga salah mengambil data. Kedua, A Gym lebih peduli pada persoalan yang bukan wilayahnya (yakni Jakarta), sementara ketika banjir itu terjadi di Bandung (ingat kasus banjir Pasteur yang membuat malu Ridwan Kamil), ia tidak berkomentar apa-apa. Alih-alih ikut memberikan solusi, bahkan sekadar memberikan perhatian pada banjir yang dekat dengan tempat tinggalnya pun tidak.

Ketiga, A Gym terjebak pada unsur like or dislike dalam melihat persoalan di masyarakat. Karena ia tidak menyukai Ahok (di mana ia sendiri pernah ikut demo terhadap Ahok pada bulan Nopember 411–atau Desember –212– yang lalu), ia terlibat dalam kenyinyiran yang tidak pantas dilakukan olehnya. Bagi seorang public figure, tidak pantas ia berperilaku nyinyir seperti itu. Sebagai manusia, aa boleh tidak suka terhadap seseorang. Hanya saja, sebagai seorang tokoh yang memiliki simpatisan dan pengikut, ia tidak pantas memperlihatkan di depan publik sikap like or dislike tersebut –meskipun tidak dilarang. Dan karena ini sudah terjadi, maka sikap dan perilakunya ini mencerminkan bahwa ia tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin, apalagi di sebuah provinsi yang berpenduduk terbesar di Indonesia ini, Jawa Barat.

Lebih dari itu, yang tidak kalah penting dari sikapnya tersebut, adalah posisi A Gym saat ini. Ia seorang ustadz yang sering memberikan ceramah-ceramah keagamaan. Oleh sebagian pengikutnya bahkan ia tidak jarang disebut sebagai ulama. Penyebutan ini mungkin karena tema-tema yang selama ini sering disampaikannya berkaitan dengan keislaman, juga karena pakaian yang sering dikenakannya tidak terlepas dari simbol keagamaan.

Di kalangan masyarakat awam kita, orang-orang mudah terpesona oleh penampilan fisik, termasuk dalam menyebut seseorang sebagai ustadz atau ulama. Orang-orang awam lebih mudah menyebut ustadz atau ulama kepada seseorang dari penampilan fisiknya sekalipun ilmunya belum memadai, ketimbang kepada seseorang lain yang penampilan fisiknya biasa-biasa saja walaupun ilmunya mumpuni dan keteladanannya menakjubkan.

Karenanya, ada kalangan terutama para substansialis dan akademis yang menilai Aa Gym itu bukan seorang ulama. Paling banter ia hanya seorang ustadz yang memiliki kelebihan di atas rata-rata ustadz pada umumnya, terutama dalam hal manajemen, branding, retorika dan publisitas. Bahkan ada juga kalangan yang menyebutnya sebagai Motivator Keagamaan, yakni motivator yang berangkat dan berbasis tema-tema keagamaan.

Oke, apa pun kesan dan pendapat publik tentang status Aa Gym, namun satu hal yang pasti adalah bahwa di mata publik umum ia dikenal sebagai figur yang membawakan simbol keislaman, terutama Islam kota. Sehingga mudahnya, di mata mereka, A Gym itu dikesani sebagai tokoh Islam kota yang populer di kalangan umat Islam pada umumnya. Nah, di sinilah masalahnya.

Karena Aa Gym merupakan figur yang membawa simbol Islam, maka tidak sepatutnya ia ikut terlibat dalam perebutan kekuasaan politik di sebuah daerah. Mengapa? Sebab, yang namanya politik tentu saja di dalamnya ada berbagai manuver dan tradisi yang sama sekali berbeda dengan dunia keustadzan. Di antara sesama pendukung bisa terjadi saling kampanye negatif, berkomentar keras dan kasar, bahkan mungkin juga akan terjadi black campaign, kampanye hitam, yang saling menjatuhkan.

Bisa dibayangkan jika kelak kampanye negatif atau kampanye hitam itu menimpa A Gym, lalu pendukungnya tidak terima dan akhirnya mereka membalasnya dengan membawa-bawa Islam, ini yang tidak baik bagi kehidupan bermasyarakat. Misalnya, apa jadinya jika misalnya dalam menghadapi kampanye negatif itu lalu tim dan pendukung Aa Gym kelak akan mengatakan bahwa pihak lawan sedang melakukan “penistaan kepada ulama”, atau “menista Islam”, atau sejenisnya. Mungkinkah hal ini mereka lakukan? Mungkin saja, karena tujuannya adalah untuk mencari simpati dan dukungan publik awam yang masih mudah digiring ke persoalan-persoalan SARA.

Nah, jika ini terjadi, maka agama akan kembali diseret ke kancah politik. Sehingga, calon tidak lagi fokus pada sosialisasi program kerja yang bermanfaat bagi rakyat, melainkan mengkapitalisasi isu-isu agama demi meraih dukungan publik. Dan jika ini yang terjadi, maka hal-hal yang tidak produktif kembali terjadi di sini, khususnya di Jawa Barat, dan ini jelas tidak baik bagi pembangunan manusia dan Jabar pada umumnya.

Berdasarkan hal itu, maka menurut saya Aa Gym tidak sepatutnya ikut-ikutan masuk dalam kancah politik. Bukan untuk menghalangi haknya, melainkan karena efeknya akan tidak produktif bagi umat Islam. Karena umat Islam saat ini banyak yang masih sensitif dan formalistik.

Biarlah sosok seperti Aa Gym berada pada jalurnya saat ini, untuk memberikan bimbingan dan nasihat bagi para jamaahnya. Ini akan lebih bermanfaat baginya dan bagi kebanyakan orang. Untuk urusan politik, ada figur-figur lain yang sangat pantas dan lebih siap menghadapi dunia politik dengan berbagai dinamika dan prestasinya…


Sampurasun…




loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.