Hanafi Rais Di Pansus Hak Angket KPK, Serang KPK Dan Bela Bapak
loading...
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN Hanafi Rais didampingi politisi PAN Dradjad Wibowo mendatangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (5/6/2017).
Dagelan kembali terjadi di DPR. Dua partai yang sebelumnya sangat heroik menolak pansus hak angket KPK, kini berbalik badan. Mereka yang sebelumnya tidak mau mengirimkan perwakilan fraksi di pansus, kini sudah mengirimkan nama secara resmi untuk dijadikan pansus hak angket KPK.
Dua partai yang dimaksud adalah Gerindra dan PAN. Gerindra bahkan sangat hebat penolakannya dengan melakukan walk out. Tetapi sayangnya tindakan heroik mereka kini hanya jadi sebuah lawakan tidak lucu karena sekarang malah dukung pansus hak angket.
PAN sendiri juga sangat tegas menolak pansus hak angket kpk ini. Bahkan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) sudah menegaskan partainya menolak hak angket DPR terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Angket kan sudah jelas tolak tegas,” kata Zulkifli di gedung Nusantara V, MPR RI, Senayan, Jakarta, Sabtu (6/5/2017).
Lalu mengapa PAN bisa begitu cepatnya berbalik badan dan mengirimkan nama untuk menjadi anggota pansus hak angket KPK?? Tentu saja hal ini sangat erat kaitannya dengan disebutkannya nama Amien Rais sebagai salah satu penerima aliran dana hasil korupsi Alkes. PAN pun memberikan respon dengan melakukan manuver politik ikut dalam pansus hak angket KPK.
Apalagi perubahan ini terjadi tidak lama setelah amienn Rais mendatangi DPR dan bertemu dengan Wakil Ketua Umum PAN sekaligus Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan. Amien Rais mengakui memang kedatangannya khusu memberikan dukungan terhadap pansus hak angket KPK.
Amien menyatakan hingga saat ini kinerja KPK di mata publik dinilai baik. Namun, ia juga merasa adanya diskriminasi yang dilakukan KPK dapam memberantas korupsi. Ia mencontohkan kasus pembelian lahan RS Sumber Waras oleh Pemprov DKI yang dianggapnya tidak ditindaklanjuti KPK. Padahal sudah ada temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
“BLBI enggak berani, reklamasi enggak berani. Tapi kalau itu OTT (operasi tangkap tangan) Rp 100 juta, Rp 50 juta. Nah, ini harus dihentikan,” ujar Amien.
“Kita enggak boleh hidup dalam kepalsuan. Nah, saya melihat ada kepalsuan dan kebusukan. Ini tesis saya. Kita buktikan lewat pansus angket yangg hampir semua fraksi sudah ikut,” lanjut dia.
Amien sendiri memang tidak susah kalau ingin menggunakan PAN sebagai alat politiknya untuk menekan KPK. Selain sebagai pendiri, sang Ketua Umum juga adalah besannya yang setia. Jadi, kalau pada akhirnya Zulkifli diam seribu bahasa posisinya dikangkangi oleh Amien Rais bukanlah hal yang aneh.
Intervensi mengenai pansus hak angket KPk tidak berhenti sampai disitu. Masuknya nama Anak Amien Rais dalam pansus hak angket KPK pun menjadi sebuah pertanda bahwa Amien sedang menggunakan isu politik untuk melawan dugaan korupsi yang diterimanya. Apalagi untuk jatah satu nama lagi, PAN harus merapatkannya terlebih dahulu.
Kepastian nama Hanafi masuk tanpa dirapatkan tentu saja tidak lepas dari pengaruh dan intervensi Amien Rais. PAN sendiri punya jatah 2 anggota untuk pansus hak angket KPK tersebut.
“(Perwakilan) dari PAN itu yang disampaikan oleh Pak Taufik (Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan), itu Pak Hanafi Rais dan satunya lagi masih dirapatkan,” kata Ketua Pansus Hak Angket KPK, Agun Gunandjar Sudarsa seusai rapat pansus di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (7/6/2017).
Kehadiran Hanafi tentu saja dengan sangat mudah bisa ditebak. Hanafi tidak akan bisa membantah bahwa kehadirannya dalam pansus hak angket KPK adalah sebuah bentuk perlawanan kepada KPK yang sedang menyasar nama bapaknya. Masuknya Hanafi dalam pansus ini seperti ingin menyatakan kepada KPK kalau berani macam-macam dengan Amien Rais, maka siap-siaplah di-hakangket-kan.
Kehadiran Hanafi satu tujuannya yaitu demi membela sang bapak, tidak ada yang lain. Jangan naif menghubung-hubungkannya dengan penegakan hukum yang berkeadilan, dan lain sebagainya. Konflik kepentingan keluarga sangat jelas dari masuknya nama Hanafi.
Kelakuan PAN ini sebenarnya sungguh sangat memalukan. Kalau mau cantik manuver politiknya, seharusnya tidak perlu memasukkan nama Hanafi. Karena masuknya nama Hanafi menunjukkan bahwa PAN memang sudah tidak lagi objektif dalam melihat dugaan yang sedang dialami Amien Rais. Padahal, PAN adalah partai politik, bukan partai keluarga atau partai Amien Rais.
Sikap reaktif PAN ini semakin menunjukkan bahwa kondisi perpolitikan kita belum banyak berubah. Partai politik masih saja menjadi alat untuk melakukan manuver politik demi kepentingan pribadi dan keluarga. Tidak ada kepentingan bangsa dan negara, apalagi rakyat kecil.
Kalau sudah begini, maka PAN tidak lagi ppantas disebut Partai Amanat Nasional, tetapi diganti saja menjadi Partai Amien Naif (celaka; bodoh; tidak masuk akal).
Salam Naif.
loading...
Tidak ada komentar: