Jamaah Salat Idul Fitri Bubar Karena Khatib Ceramah Provokatif Soal Ahok
loading...
Biasanya di media sosial kalau saat sholat Jum’at biasanya sering ada kalimat “sudah walkout aja kalau ada khatib yang khutbahnya provokatif”, tapi saya membatin pernah ada nggak ya orang yang benar-benar meninggalkan masjid dan khatib yang sedang ceramah karena isi khotbah yang provokatif?
Ternyata justru aksi walkout jamaah Shalat justru malah terjadi saat momentum Salat Idul Fitri. Kebayang nggak sih kalau jamaah Shalat yang jumlahnya bisa ratusan hingga ribuan orang tiba-tiba meninggalkan khatib yang sedang ceramah begitu saja.
Kejadiannya di Alun-alun Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Shalat di alun-alun pasti menjadi jujugan banyak warga apalagi di daerah. Entah apakah Bupati Gunungkidul juga salat di situ atau tidak. Yang menjadi khatib adalah Ikhsan Nuriansyah Bajuri.
Dalam khutbahnya, Ikhsan sejak awal menyinggung kasus penistaan agama yang melibatkan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ketua PHBI (Panitia Hari Besar Islam) Kota Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Iskanto membenarkan kejadian itu. Menurutnya, isi khutbah tersebut dinilai vulgar dan terlalu banyak menuding pihak lain dan mempermasalahkan kasus penistaan agama tersebut. Sejak awal khutbah, Ikhsan langsung menyinggung tentang kasus penodaan agama yang menjerat Ahok. “Ahok merupakan penista agama,” ucapnya di hadapan ribuan jemaah.
Ikhsan kemudian mengatakan, seorang penista agama tidak harus dibela ataupun dibantu, apalagi dibantu oleh negara termasuk aparat kepolisian. Dia mendukung sepenuhnya hukuman terhadap Ahok agar menimbulkan efek jera dan tidak ada lagi yang menistakan agama.
Jemaah yang semula duduk mendengar khutbah serentak berdiri dan meninggalkan lapangan dan melipat peralatan salat. Ikrar halal bihalal yang sedianya dilakukan usai salat Idul Fitri oleh para jemaah, akhirnya hanya diikuti beberapa orang saja, karena sebagian besarnya telah membubarkan diri.
Jujur ya, kalau saya menjadi Ikhsan maka saya akan merasa sangat malu sekali. Karena apa? Harga diri seorang khatib salah satunya bisa dilihat dari bagaimana jamaahnya mengapresiasi. Seperti Quraish Shihab yang hari ini menuai banyak pujian karena materi khotbah Idul Fitrinya di Masjid Istiqlal Jakarta yang mengedepankan soal pemahaman Islam dan cinta tanah air misalnya.
Lagipula buat apalagi sih masalah penistaan agama oleh Ahok kok masih saja terus digoreng di mimbar keagamaan? Tidak cukup dengan kekalahan Ahok di Pilkada dan dia pun kini sudah menghuni rumah tahanan di Mako Brimob Depok. Keinginan kalian yang menyalahkan Ahok sudah dituruti, terus mau menuntut apalagi? Sementara banyak persoalan umat yang harusnya jauh lebih penting untuk diperhatikan dan diberi nasehat melalui ceramah keagamaan. Ada apa sih dengan Ahok kok sampai di pelosok Gunungkidul saja masih ada yang membahasnya sebagai sebuah polemik?
Saya Muslim, saya tidak merasa Ahok melecehkan agama saya. Lah memang banyak kok orang yang memanfaatkan ayat Qur’an untuk ‘jualan’ kepentingannya. Ya lihat saja kemarin juga ada ulama yang dikenal sebagai pakar pengobatan dan sering memimpin majelis dzikir namun tertangkap di Lampung karena penipuan kan? Baik untuk memperkaya diri sendiri maupun kepentingan politis apa yang diucapkan Ahok itu nyata. Dan mungkin masalah seperti ini tak hanya terjadi di kalangan Muslim. Di kalangan umat Kristiani maupun agama lain juga bisa jadi ada pemuka agama yang mencampur adukkan urusan agama dengan kepentingan tertentu. Bukankah begitu?
Tapi saya mencoba paham bahwa di luar yang punya kepentingan politis, ada juga masyarakat yang memperoleh informasi keliru dan menafsirkan Ahok menghina. Namun apakah hukuman yang diterima sekarang masih belum cukup?
Saya rasa ini sebetulnya adalah lonceng bagi kalian yang jumawa sudah bisa menggiring Ahok ke penjara. Tidak semua orang setuju dengan pandangan kalian. Mungkin kalian terkesima dengan demo yang diklaim diikuti jutaan umat, vonis hakim, atau sederhananya kebetulan kalian memang hidup di lingkungan orang-orang yang pemikirannya sama bahwa Ahok salah.
Sementara jutaan orang lain, Muslim di Indonesia, belum tentu punya pandangan yang sama. Saya yakin jamaah yang hadir di Alun-Alun ini tak hanya warga sekitar saja, pasti banyak juga masyarakat yang sedang dalam perjalanan ataupun memang pulang kampung ke Gunungkidul kemudian menyempatkan diri untuk salat di situ. Mereka punya cara pikir yang beda dengan si khatib. Dan saya salut dengan keberanian dan ketegasan mereka untuk meninggalkan khotbah yang provokatif seperti ini. Memang inilah Hari Kemenangan untuk yang mau berpikir dan bersikap waras.
Ini di Gunungkidul saja bisa lho, bagaimana kalian yang di kota metropolitan apakah hanya akan pasrah saja kalau ketemu khatib atau penceramah yang isi khotbahnya provokatifatau berani pergi meninggalkan majelis seperti ini? Ingat, mereka merasa benar karena menganggap ada yang mendengar.
loading...
Tidak ada komentar: