Setelah Membela HTI, Kali ini Yusril Meminta Jokowi Menghentikan Kasus Rizieq, Mengapa Kasus Ahok Dia Bungkam?

loading...



Entah mengapa gelagat Yusril semakin menunjukkan bahwa dirinya tidak senang dan cenderung melawan pemerintah. Setelah pemerintah membubarkan HTI, Yusril mewanti-wanti pemerintah bahwa ini bisa menjadi blunder dan akhirnya pemerintah akan kalah di pengadilan. Ujung-ujungnya Yusril justru menjadi ketua tim pembela HTI. Padahal saya pikir, dengan memberikan wanti-wanti, Yusril hendak membantu pemerintah melawan HTI, namun yang ada justru menikam pemerintah.

Kali ini, Yusril kembali mencari panggung. Pasalnya, setelah dirinya menjadi ketua pembela HTI, pemberitaannya terkait dirinya ternyata semakin minim. Kali ini Yusril sok menjadi pahlawan untuk Rizieq.

Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra meminta Presiden Jokowi berjiwa besar membuka pintu rekonsiliasi dengan tersangka pornografi Rizieq Shihab dan aktivis tersangka makar.

Menurut Yusril, rekonsiliasi adalah salah satu cara yang mungkin saat ini agar kondisi bangsa tidak seperti api dalam sekam.

“Saya percaya Presiden kita berjiwa besar untuk menyelesaikan persoalan ini,” kata usai diskusi diskusi soal alat bukti elektronik dalam kasus pornografi di Jakarta, Jumat (16/6).

Yusril yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang ini pun menyatakan kesiapannya untuk mempertemukan Rizieq dkk dan pemerintah. Alasannya, klaim Yusril, ia bukan bagian dari pemerintah dan bukan juga bagian kelompok Rizieq dan tersangka makar.

“Saya hanya menengahi kedua belah pihak,” ujarnya.

Menurut Yusril, prinsip mendapat perlakuan sama di mata hukum untuk kasus Rizieq dan tersangka makar oleh Kepolisian saat ini kadang tak semata-mata demi hukum itu juga.

Dia berkata, hal yang paling penting adalah menjaga keutuhan bangsa. “Jika presiden mau dapat respons dari masyarakat karena jiwa besarnya,” ucap Yusril.

Sebelumnya, melalui rekaman suara yang diperdengarkan dalam diskusi itu, Rizieq meminta Yusril untuk mendorong rekonsiliasi dengan pemerintah.

Dengan suara khas, iman besar Front Pembela Islam itu mengatakan jika rekonsiliasi ditolak pemerintah maka ia akan terus melakukan perlawanan.

“Pilihannya sekarang ada di pemerintah, rekonsiliasi atau revolusi,” kata Rizieq.

Saya prihatin melihat sikap Yusril yang sangat berpihak. Meskipun Yusril mengatakan tidak berada di kubu pemerintah maupun Rizieq, namu tidak sulit untuk menemukan keberpihakan Yusril terhadap Rizieq. Entah alasan apa yang membuat Yusril meminta pemerintah berjiwa besar untuk menghentikan kasus Rizieq. Mengapa Yusril justru tidak meminta Rizieq untuk belajar menghargai pemerintah dengan cara mentaati hukum?

Mengapa Yusril lebih membela seorang tersangka dibanding pemerintah? Terlebih hanya karena Rizieq mengancam akan revolusi jika pemerintah tidak mau rekonsiliasi. Apa-apaan ini? Mengapa seolah-olah pemerintah yang didikte oleh Rizieq?

Bahwa Rizieq akan melakukan revolusi jika pemerintah tidak mau rekonsiliasi silahkan saja. Negara tidak takut terhadap siapa pun yang akan melakukan revolusi. Gatot sudah siap pasang badan membela kedaulatan Negara. Namun yang pasti, namanya hukum harus tetap berjalan sesuai dengan koridornya serta tidak tebang pilih.

Ahok menjadi suatu contoh yang baik bagaimana seorang warga negara yang benar-benar menghargai dan mencintai Indonesia. Ahok tidak meminta pemerintah untuk menghentikan kasusnya apalagi mengancam akan melakukan revolusi padahal pendukung Ahok juga banyak. Ahok bukan Rizieq yang bermental preman yang suka mengancam. Ahok adalah kesatria yang berani menghadapi kasunya.

Sikap Yusril terhadap Ahok justru sangat bertolak belakang. Saya tidak pernah mendengar Yusril meminta polisi untuk menghentikan kasus Ahok. Tidak pernah saya mendengar pembelaan-pembelaan untuk Ahok keluar dari mulut Yusril. Saya justru mendengar Yusril adalah orang yang ingin kasus Ahok harus diproses.

Apakah ini yang disebut keadilan?

Sangat disayangkan seorang pakar hukum justru mencoba bersikap menghianati hukum. Ketika Ahok terkena kasus, Yusril ingin hukum tetap berjalan. Ketika Rizieq yang terkena kasus, Yusril justru meminta kasusnya dihentikan. Apakah ini bukan sebuah pengkhianatan terhadap hukum? Buat apa mempelajari hukum jika ternyata hanya akan dikhianati?

Saya belum tau motif dibalik pembelaan Yusril kepada Rizieq. Dugaan pertama saya, Yusril memang ingin kembali mencari panggung dan ingin menjadi pahlawan di siang bolong. Padahal, pakar hukum yang lain lebih memilih menghargai pemerintah dalam memproses kasus Rizieq.


loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.