LUAR BIASA, JOKOWI JADI REBUTAN PARTAI
loading...
Jalan Jokowi menuju Pilpres 2019 untuk saat ini bias dikatakan lebih mulus dibanding rivalnya. Jokowi mampu membuat banyak parpol yang berbondonbg-bondong mengusungnya. Di sisi lain, calon lawan Jokowi (Prabowo) masih harus berusaha keras untuk mengais dukungan dari partai yang belum menentukan sikap. Lamaran Prabowo ke Demokrat juga ditolak oleh SBY. SBY mengatakan tidak ada koalisi dengan Gerindra.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mulai menyinggunng-nyinggung Pilpres 2019. Beliau mengatakan semua partai pendukung akan berebut menjadi calon wakil presiden (Cawapres) Joko Widodo di Pilpres 2019. Parpol-parpol yang tidak mendapatkan posisi sebagai cawapres Jokowi pun menurutnya berpotensi tetap mendukung dengan posisi tawar yang lain. Atau justru membentuk koalisi baru.
Pernyataan Tjahjo Kumolo menunjukkan bahwa Jokowi memiliki daya jual yang tinggi. Partai-partai lebih memilih mendukung Jokowi dengan berharap jabatan wapres, dibanding harus menjadi penantang Jokowi. Jokowi memang seperti sangat superior di Pilpres 2019.
Apa hal yang melatarbelakangi Tjahjo Kumolo dengan melontarkan pernyataan ini? Untuk mencari jawaban yang paling rasional, kita lihat pernyataan kedua dari Tjahjo Kumolo.
Tjahjo Kumolo menginginkan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) bersedia menjadi Ketua Tim Sukses (Timses) Joko Widodo pada Pilpres 2019.
“Tim setidaknya menyukseskan program-program Pak Jokowi, menyukseskan Nawacita, termasuk menyukseskan Pak Jokowi di Pilpres tahun 2019. Termasuk Pak JK (ikut menyukseskan),” kata Tjahjo di kompleks Istana Negara Jakarta, Selasa (29/8).
Khusus JK, ucap Tjahjo, seandainya tidak maju lagi di Pilpres mendatang, dia mungkin akan siap menjadi ketua timses-nya Jokowi menuju periode keduanya nanti.
“Kalau saya pribadi, kalau bisa Pak JK ketua timses-nya. Saya pribadi lo ya. Bukan mengunci Pak JK, tidak. Kalau Pak JK mau maju, nanti akan dibahas di partai koalisi. Kalau tidak kami akan minta jadi ketua timsesnya lagi. Itu saja. Saya kira nggak ada masalah,” tutur mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan ini
Saya melihat ada sinyal bahwa Tjahjo Kumolo seperti ingin menjadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019. Pernyatannya terkait banyaknya partai yang berharap menjadi cawapres Jokowi adalah seperti curahan hati Tjahjo Kumolo. Sebagai kader PDI P, sepertinya dia merasa bahwa kader PDI P lah yang berhak menjadi cawapres Jokowi.
Pernyataan bahwa JK bisa menjadi Timses Jokowi di Pilpres 2019 adalah kode dan sindiran halus Tjahjo Kumolo kepada JK agar di Pilpres 2019 tidak kembali mendampingi Jokowi. Permintaan Tjahjo Kumolo kepada JK untuk menjadi Timses Jokowi seperti sebuah kode bahwa harus ada orang baru yang akan mendampingi Jokowi, dan yang pasti bukan JK.
Tjahjo Kumolo bukan Megawati. Saya kira yang berhak menentukan siapa calon pendamping Jokowi serta ketua Timsesnya adalah Megawati selaku ketua PDI P dengan Jokowi sendiri. Namun kenapa tiba-tiba Tjahjo Kumolo merasa berhak untuk mengatur hal ini?
Saya menduga Tjahjo Kumolo memang sedang berharap tawaran cawapres dari Jokowi. Sampai saat ini, sosok yang disebut akan mendampingi Jokowi belum terlihat. Tjahjo Kumolo seperti melihat ada peluang untuk menjadi pendamping Jokowi. Apalagi keduanya juga terlihat sudah , dekat, kompak dan saling bahu membahu membubarkan HTI. Kedekatan ini yang yang mungkin dijadikan pertimbangan oleh Tjahjo Kumolo bahwa dirinya ada peluang menjadi pendamping Jokowi.
Prinsip saya, siapapun pendamping Jokowi tidak masalah, asalkan Jokowi kembali menjadi presiden di Pilpres 2019. Namun dengan melihat Tjahjo Kumolo yang sama-sama kader PDI P, nampaknya jalan menuju kursi RI-1 akan bertambah berat. Jokowi lebih berpeluang besar jika menggandeng cawapres dari partai yang berbeda.
Melihat pengalaman Pilkada DKI dimana Ahok dari non-partai dan Djarot dari PDI P, hal ini ternyata membuat partai-partai pendukung di luar PDI P tidak benar-benar berjuang untuk memenangkan Ahok. Jangan sampai ini terjadi sama Jokowi. Jika Jokowi sampai menggandeng Tjahjo Kumolo, bukan tidak mungkin hanya PDI P yang akan berjuang keras memenangkan Jokowi.
Tanpa mengurangi rasa hormat, saya rasa Tjahjo Kumolo bisa kembali menjadi menteri di tahun 2019, namun tidak untuk wapres Jokowi. Mohon maaf pak Tjahjo Kumolo..heheh
Selain faktor di atas, jika JK yang menjadi Timses Jokowi saya rasa juga membuat jalan menuju RI-1 semakin berat. JK beberapa kedapatan sering berseberangan dengan Jokowi. Sulit menerima penjelasan bahwa JK benar-benar bisa tulus mendukung Jokowi. Saya rasa, memilih ketua Timses selain JK adalah pilihan terbaik. Memilih JK sebagai ketua Timses Jokowi memiliki resiko yang besar.
loading...
Tidak ada komentar: