AHOK Merupakan Wakil Gubernur dan Wakil Presiden yang Terbaik
loading...
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah sosok yang akhir-akhir ini mulai diingat, dikenang, dan diperbincangkan lagi. Apalagi setelah terbongkarnya kelompok penyebar berita hoaks, nama Ahok kembali mencuat karena beliau pernah menjadi korban berita hoaks. Tulisan ini membahas satu sisi beliau yang diharapkan bisa menginspirasi masyarakat Indonesia. Tentu saja diharapkan tulisan ini bisa mengedukasi generasi muda untuk menjadikan beliau sebagai referensi pemimpin yang baik. Selama menjadi gubernur, Ahok termasuk gubernur yang prestasinya luar biasa. Begitu juga saat masih menjadi wakil gubernur, Ahok termasuk sosok wakil gubernur yang ideal.
Wakil gubernur yang mampu menjadi pendamping setia dan profesional bagi gubernur
Ketika bersama Joko Widodo (Jokowi) menjadi pemenang Pilkada Jakarta beberapa tahun lalu, Ahok menjadi sosok Wakil Gubernur DKI Jakarta yang ideal. Ideal artinya mampu menjalankan fungsinya secara baik. Baik artinya mampu menjadi pembantu setia bagi gubernur yang didampinginya.
Ahok selama menjadi wakil gubernur tidak pernah menjadi beban, tapi justru membuat ringan tugas gubernur. Ahok mampu menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan gubernur padanya. Semua tugas gubrenur yang diberikan, mampu diselesaikan Ahok secara baik. Demi tugasnya itu, Ahok rela kerja ekstra keras dari pagi sampai malam. Saya ulang, Ahok selama menjadi wakil gubernur, menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya setiap hari dari pagi sampai malam. Benar-benar hebat etos kerja sosok Ahok sebagai wakil gubernur.
Selama menjalankan tugas sebagai wakil gubernur, Ahok bukan pesaing dari gubernur yang didampinginya. Jelasnya, sebagai wakil gubernur, Ahok bukan pesaing, tapi pendamping. Pendamping yang kedudukannya bukan sejajar, tapi di bawah kendali gubernur. Ya, begitulah kedudukan seorang wakil gubernur. Beliau mampu menempatkan diri secara ideal, yakni di bawah kendali gubernur. Gubernur yang didampinginya adalah atasannya.
Artinya Ahok taat segala perintah gubernur, tanpa melakukan protes, apalagi membangkang. Sikap tahu diri dan tahu posisi inilah yang menjadikan Ahok layak disebut sosok wakil gubernur yang ideal.
Ketika menjadi wakil gubernur, Ahok bukan sosok ancaman bagi gubernur yang diwakilinya. Wakil itu bukan ancaman bagi gubernur. Wakil menjalankan tugas-tugasnya yang diberikan dari gubernur, misalnya memimpin rapat dan sebagainya. Saat mengambil keputusan atas seijin dan tidak bertentangan dengan kehendak gubernur yang memberikan tugas. Misalnya Ahok ingin memecat bawahan yang dirasa tidak mampu menjalankan tugas sesuai kedudukannya, maka keinginan itu hanya dipendam dan ditahan di dalam hati karena wakil tidak mempunyai wewenang untuk memecat bawahan gubernur. Wakil hanya sebatas mengusulkan, tapi hak prerogratif untuk memecat atau tidak seorang pegawai yang menjadi bawahan gubernur, tetap mutlak berada di tangan gubernur.
Saat menjadi wakil gubernur, Ahok selalu bertindak sesuai konstitusi. Ahok tidak pernah melakukan tindakan di luar konstitusi. Ahok juga tidak pernah melakukan tindakan politik yang bertentangan dan tidak sejalan dengan gubernur. Ahok mampu menyelaraskan langkah sesuai dengan kehendak dan kebijakan gubernur. Apa pun yang berada di hati, misalnya kurang cocok dengan kebijakan gubernur, Ahok tetap taat. Ahok menyadari bahwa keputusan apa pun yang diambil gubernur tentu sudah melalui pertimbangan yang matang. Selain itu, tidak elok kalau seorang wakil gubernur melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebijakan gubernur. Hal itu bisa menjadi preseden buruk dalam pemerintahan yang dijalankan. Ahok selaku wakil gubernur selalu kompak, seiring dan sejalan dengan gubernur.
Pak Ahok spesialis wakil bagi Pak Jokowi?
Apakah Pak Ahok memang spesialis wakil bagi Pak Jokowi? Itu adalah pertanyaan, bukan pernyataan. Sekali saya ulang, yang saya kemukakan ini adalah pertanyaan, bukan pernyataan. Bukan pula prediksi.
Sebagai gubernur, Pak Ahok mampu mengemban tugas-tugasnya dengan baik. Banyak prestasi yang diraihnya, sehingga masyarakat di wilayah yang dipimpinnya merasakan manfaat dari hasil kerja beliau. Namun, ternyata masih ada orang (orang-orang) yang sangat iri, dengki, tidak nyaman, atas hasil kerja Pak Ahok. Mereka ini benci Pak Ahok dengan berbagai alasan, termasuk alasan yang tidak masuk akal dan asal-asalan. Mereka yang membenci Pak Ahok, belum tentu lebih baik dari Pak Ahok. Bahkan di antara pembenci Pak Ahok itu tidak mempunyai kontribusi apa pun untuk negara.
Mereka yang menyerang Pak Ahok saat Pak Ahok menjadi gubernur mempunyai berbagai alasan. Namun apa pun alasannya, sebenarnya tujuan utamanya adalah mengeliminasi Pak Ahok dari percaturan politik di negara ini. Pak Ahok memang sangat anti korupsi. Mungkin di antara pembenci Pak Ahok ini terganggu kepentingannya, sehingga tidak bisa lagi melakukan sesuatu yang sebelumnya bisa dilakukan secara leluasa.
Saat menjadi gubernur, Pak Ahok tidak memiliki tameng politik atau pun nonpolitik yang menangkis serangan-serangan terhadap dirinya. Berbeda saat Pak Ahok menjadi wakil gubernur, maka serangan yang ditujukan terhadap Pak Ahok akan diredam oleh gubernur saat itu, yakni Pak Jokowi. Nah, dari sini tiba-tiba ada pemikiran, apakah ke depannya, Pak Ahok ini sebaiknya menjadi wakil Pak Jokowi saat Pilpres 2019?
loading...
Tidak ada komentar: