Polisi Incar Pemesan Jasa Sindikat Saracen, Coba Tanya Anies-Sandi
loading...
SEWORD.COM - Sindikat penyebaran ujaran kebencian bernuansa SARA di media sosial telah diringkus. Kelompok yang menyebarkan ujaran kebencian itu meraup keuntungan gila-gilaan hingga puluhan juta rupiah. Yang mengerikan, jasa mereka justru laris manis.
Saya mengapresiasi prestasi pihak Kepolisian yang telah berhasil menggulung sindikat penjual intoleransi ini sekalipun ada sedikit kekecewaan yang terbersit di hati kecil saya. Kenapa sekarang baru tertangkap? Kenapa tidak dari dulu mengingat sindikat ini sudah eksis sejak November 2015.
Kalau saja sindikat itu tertangkap sebelum masa pilkada DKI 2017 saya yakin pilkada DKI tidak akan terjadi kerusakan massif yang merobek keberagaman dan toleransi di ibukota negara. Saya juga yakin kesempatan Ahok memenangkan pilkada DKI Jakarta 2017 sangat besar dan nasib Ahok masih bisa terselamatkan tanpa perlu masuk penjara.
Namun kini nasi telah menjadi lontong. Pak Ahok hanya bisa pasrah. Dia sudah berbuat baik dan bekerja keras benahi Jakarta selama 3 tahun, tapi harus dibayar dengan 2 tahun penjara akibat ulah dodolipet bernama Saracen itu.
Dosa mereka teramat besar. Berdosa terhadap orang-orang miskin, anak yatim piatu yang membutuhkan uluran tangan Pak Ahok. Sekarang para kaum dhuafa hilang harapan mereka akibat perbuatan sindikat yang terkutuk ini.
Mari kita dukung Kepolisian menghajar dan menghabisi sindikat ini sampai ke akar-akarnya agar tidak jadi penyakit lagi dan bikin kacau pada pilpres 2019 mendatang. Saya yakin masih banyak Saracen lainnya. Mereka hanyalah salah satu sindikat dari sekian banyaknya sindikat yang belum tercyduk.
Lantas siapakah para pelanggan mereka? Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah kaum bumi peang, politikus hitam dan para oposan pembenci Jokowi dan Ahok yang gemar menghalalkan segala cara demi tercapainya kepentingan busuk mereka. Wajar jika Polisi kini mencari tahu siapa-siapa saja yang bermain dibelakang layar sindikat itu karena negara telah dirugikan akibat ulah para pengguna jasa sindikat Saracen itu.
Gara-gara mereka memakai jasa sindikat penebar ujaran kebencian bernuansa SARA, sudah berapa banyak uang, tenaga dan waktu negara yang terbuang percuma untuk menjaga aksi-aksi nomor togel yang berjilid-jilid? Gara-gara ulah mereka, seluruh Indonesia jadi heboh, kaum radikal dan intoleran pun angkat ekor karena mendapat angin.
Gara-gara ulah mereka, Ahok harus mendekam di penjara meninggalkan seorang istri yang harus merawat ketiga anaknya sendiri. Gara-gara ulah mereka, ketiga anak Ahok harus kehilangan figur ayah selama dua tahun lamanya. Ini semua akibat dari perbuatan sindikat terkutuk itu yang menyebarkan Hoax dan ujaran kebencian.
Jauh hari sebelum para pakar Hoax menjadi profesi, bangsa kita ini sudah terbiasa hidup dengan desas-desus. Para sindikat Hoax paham betul karakter orang Indonesia pada umumnya yang suka gossip dan desas-desus. Mirip seperti gosip perselingkuhan Ayu Tingting dan Rafi Ahmad yang berawal dari desas-desus sehingga Nagita Slavina pun jadi korban.
Sindikat seperti Saracen ini memang jago dan pakar hoax dibidangnya. Konten-konten Hoax mereka goreng sedemikian rupa untuk meracuni alam bawah sadar rakyat untuk membenci golongan tertentu. Mereka menabuh perang netizen di dunia maya agar panas membara dan terus berkobar.
Desas-desus dan kabar Hoax yang sudah mereka siapkan lalu digodok sampai matang di tim mereka, plus opini-opini menyesatkan yang mereka tebarkan ke beberapa situs web siluman abal-abal, dikipas-kipasin oleh tim buzzer mereka dengan segala meme dan gimmick yang diciptakan sekreatif mungkin. Semuanya terstruktur rapih dan terencana sampai masuk tuh barang.
Namun untungnya Gusti ora sare, sepandai-pandainya keong merayap suatu saat nanti akan tergelincir juga. Kini mereka kena batunya. Disikat Polisi tanpa ampun. Setelah sindikat itu digulung, kini Polisi mengincar siapa-siapa saja yang menggunakan jasa dan service mereka selama ini. Mereka dibayar oleh siapa? Siapa-siapa saja yang pakai jasa mereka untuk menebar Hoax dan ujaran kebencian?
Para pengguna jasa layanan sindikat penyebar konten negatif yang menyinggung SARA dan ujaran kebencian di media sosial yang punya akun tuyul siluman abal-abal sampai 800.000 akun itu kini sedang dicari oleh Polisi.
Kalau untuk ukuran DKI Jakarta, jangan bertanya kepada rumput yang bergoyang dan pasir yang berbisik karena disana tidak ada jawabnya mengapa di tanahku terjadi bencana. Coba tanya saja sama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, saya yakin mereka pasti tahu. Malu bertanya, ancur muka kemudian.
Kura-kura begitu.
Saya mengapresiasi prestasi pihak Kepolisian yang telah berhasil menggulung sindikat penjual intoleransi ini sekalipun ada sedikit kekecewaan yang terbersit di hati kecil saya. Kenapa sekarang baru tertangkap? Kenapa tidak dari dulu mengingat sindikat ini sudah eksis sejak November 2015.
Kalau saja sindikat itu tertangkap sebelum masa pilkada DKI 2017 saya yakin pilkada DKI tidak akan terjadi kerusakan massif yang merobek keberagaman dan toleransi di ibukota negara. Saya juga yakin kesempatan Ahok memenangkan pilkada DKI Jakarta 2017 sangat besar dan nasib Ahok masih bisa terselamatkan tanpa perlu masuk penjara.
Namun kini nasi telah menjadi lontong. Pak Ahok hanya bisa pasrah. Dia sudah berbuat baik dan bekerja keras benahi Jakarta selama 3 tahun, tapi harus dibayar dengan 2 tahun penjara akibat ulah dodolipet bernama Saracen itu.
Dosa mereka teramat besar. Berdosa terhadap orang-orang miskin, anak yatim piatu yang membutuhkan uluran tangan Pak Ahok. Sekarang para kaum dhuafa hilang harapan mereka akibat perbuatan sindikat yang terkutuk ini.
Mari kita dukung Kepolisian menghajar dan menghabisi sindikat ini sampai ke akar-akarnya agar tidak jadi penyakit lagi dan bikin kacau pada pilpres 2019 mendatang. Saya yakin masih banyak Saracen lainnya. Mereka hanyalah salah satu sindikat dari sekian banyaknya sindikat yang belum tercyduk.
Lantas siapakah para pelanggan mereka? Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah kaum bumi peang, politikus hitam dan para oposan pembenci Jokowi dan Ahok yang gemar menghalalkan segala cara demi tercapainya kepentingan busuk mereka. Wajar jika Polisi kini mencari tahu siapa-siapa saja yang bermain dibelakang layar sindikat itu karena negara telah dirugikan akibat ulah para pengguna jasa sindikat Saracen itu.
Gara-gara mereka memakai jasa sindikat penebar ujaran kebencian bernuansa SARA, sudah berapa banyak uang, tenaga dan waktu negara yang terbuang percuma untuk menjaga aksi-aksi nomor togel yang berjilid-jilid? Gara-gara ulah mereka, seluruh Indonesia jadi heboh, kaum radikal dan intoleran pun angkat ekor karena mendapat angin.
Gara-gara ulah mereka, Ahok harus mendekam di penjara meninggalkan seorang istri yang harus merawat ketiga anaknya sendiri. Gara-gara ulah mereka, ketiga anak Ahok harus kehilangan figur ayah selama dua tahun lamanya. Ini semua akibat dari perbuatan sindikat terkutuk itu yang menyebarkan Hoax dan ujaran kebencian.
Jauh hari sebelum para pakar Hoax menjadi profesi, bangsa kita ini sudah terbiasa hidup dengan desas-desus. Para sindikat Hoax paham betul karakter orang Indonesia pada umumnya yang suka gossip dan desas-desus. Mirip seperti gosip perselingkuhan Ayu Tingting dan Rafi Ahmad yang berawal dari desas-desus sehingga Nagita Slavina pun jadi korban.
Sindikat seperti Saracen ini memang jago dan pakar hoax dibidangnya. Konten-konten Hoax mereka goreng sedemikian rupa untuk meracuni alam bawah sadar rakyat untuk membenci golongan tertentu. Mereka menabuh perang netizen di dunia maya agar panas membara dan terus berkobar.
Desas-desus dan kabar Hoax yang sudah mereka siapkan lalu digodok sampai matang di tim mereka, plus opini-opini menyesatkan yang mereka tebarkan ke beberapa situs web siluman abal-abal, dikipas-kipasin oleh tim buzzer mereka dengan segala meme dan gimmick yang diciptakan sekreatif mungkin. Semuanya terstruktur rapih dan terencana sampai masuk tuh barang.
Namun untungnya Gusti ora sare, sepandai-pandainya keong merayap suatu saat nanti akan tergelincir juga. Kini mereka kena batunya. Disikat Polisi tanpa ampun. Setelah sindikat itu digulung, kini Polisi mengincar siapa-siapa saja yang menggunakan jasa dan service mereka selama ini. Mereka dibayar oleh siapa? Siapa-siapa saja yang pakai jasa mereka untuk menebar Hoax dan ujaran kebencian?
Para pengguna jasa layanan sindikat penyebar konten negatif yang menyinggung SARA dan ujaran kebencian di media sosial yang punya akun tuyul siluman abal-abal sampai 800.000 akun itu kini sedang dicari oleh Polisi.
Kalau untuk ukuran DKI Jakarta, jangan bertanya kepada rumput yang bergoyang dan pasir yang berbisik karena disana tidak ada jawabnya mengapa di tanahku terjadi bencana. Coba tanya saja sama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, saya yakin mereka pasti tahu. Malu bertanya, ancur muka kemudian.
Kura-kura begitu.
loading...
Tidak ada komentar: