'Perang Bintang' di KPK
loading...
Grup musik SLANK bersama Wakil Ketua KPK Saut Situmorang tampil dalam Aksi Simpatik Jurus Tandur Dukung KPK di Jakarta, Kamis (13/7). Acara tersebut diadakan sebagai bentuk dukungan terhadap KPK. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)
Liputan6.com, Jakarta - Perseteruan itu tak bisa lagi ditutup-tutupi. Persoalan yang selama ini hanya menjadi perbincangan pada kalangan terbatas, sekarang diketahui publik.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak bisa lagi berkelit dan mengatakan kalau lembaganya baik-baik saja. Apalagi pihak yang berseteru adalah nama-nama yang populer di KPK.
Adalah Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Brigjen Pol Aris Budiman yang melaporkan penyidik senior KPK sekaligus Ketua Wadah Pegawai KPK, Novel Baswedan, ke Polda Metro Jaya. Novel dilaporkan atas tudingan dugaan pencemaran nama baik.
"Iya, Pak Aries Budiman (yang lapor). Dia kan laporan tertulis ke Polda tanggal 13 Agustus. Kemudian, tanggal 21 (Agustus) dia membuat laporan polisi," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, saat dikonfirmasi, Jakarta, Kamis (31/8/2017).
Argo menjelaskan, pihaknya langsung menindaklanjuti laporan tersebut dengan melaksanakan gelar perkara. Dari situ, polisi kemudian meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan.
"Administrasi SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan) sudah dikirim ke jaksa, pelapor, sama terlapor," tutur dia.
Mantan Kabid Humas Polda Jatim itu mengatakan, penyidik telah memeriksa Aris dalam kapasitasnya sebagai saksi terlapor. Dalam waktu dekat ini, polisi akan memeriksa beberapa saksi dan ahli.
"Intinya bahwa dari surat itu, media e-mail itu menyatakan Dirdik KPK diragukan integritasnya sebagai direktur. Kedua, Dirdik KPK adalah direktur terburuk sepanjang adanya KPK," ujar Argo.
Tidak hanya kepada polisi, saat menghadiri rapat Pansus Angket KPK di DPR pada Selasa 29 Agustus lalu, Aris mengaku dirinya tersinggung oleh isi e-mail Novel yang keberatan atas mekanisme pengangkatan penyidik dari Polri. Novel menganggap mekanisme itu tidak sesuai aturan internal KPK.
Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Brigjen Pol Aris Budiman saat memenuhi panggilan Rapat Dengar pendapat bersama Pansus Hak Angke KPK, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/8). (Liputan6.com/Johan Tallo)
"Pada 14 Februari 2017, ada e-mail yang menyerang secara personal. Tentu saya marah, tersinggung, terhina. Tidak terintegritas," kata Aris.
Masih di depan anggota Pansus Angket KPK, Aris mengungkapkan bahwa Novel Baswedan adalah sosok berpengaruh di lembaga antirasuah itu. "Orang ini terlalu powerful. Barangkali yang bisa mempengaruhi kebijakan," kata Aris.
Bahkan, Aris juga mengatakan bahwa Novel merupakan sosok yang dapat membahayakan KPK, alasannya Novel merupakan orang yang dapat mengubah kebijakan yang tidak seide dengannya.
"Kalau ada orang-orang seperti ini susah. Kebijakan-kebijakan organisasi kalau tidak seide enggak akan bisa," tutur Aris.
Suasana di KPK memanas. Bagaimanapun, Aris dan Novel adalah dua 'bintang' di KPK. Siapa tak kenal dengan Novel Baswedan, penyidik senior yang paling kerap terlibat dalam pengungkapan kasus besar. Pria kelahiran 1977 itu mulai berkarier di KPK pada 2007. .
Lihat saja sepak terjangnya tahun 2012 saat mengungkap kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan salah satu pejabat senior Polri, mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Djoko Susilo.
Masih di tahun yang sama, Novel memimpin penyergapan terhadap Bupati Buol yang terjerat kasus dugaan suap proses perizinan kebun sawit. Novel sempat diserang kelompok pendukung Amran saat memimpin operasi penangkapan.
Selanjutnya, Novel ikut andil mengungkap kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang yang melibatkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Skandal yang terjadi pada 2011 itu menggembosi partai penguasa kala itu, Demokrat.
Abraham Samad berbincang dengan Kepala Wadah Pegawai KPK, Novel Baswedan saat memberi keterangan pers usai melakukan diskusi internal bersama para pegawai KPK di gedung KPK, Jakarta, Kamis (30/3). (Liputan6.com/Helmi Afandi)
Selanjutnya, Novel ikut pula menangani salah satu skandal dalam tubuh penegakan hukum di Indonesia, yakni kasus suap Ketua MK Akil Mochtar. Akil terlibat suap perkara sengketa pilkada di beberapa daerah sepanjang 2011 hingga 2012.
Saat ini Novel sedang menjabat sebagai Kepala Satuan Tugas kasus e-KTP. Perkara korupsi pengadaan KTP elektronik pada tahun anggaran 2011 itu diduga merugikan negara Rp 2,3 triliun.
Kasus e-KTP itu pula yang diduga Ketua KPK Agus Rahardjo membuat Novel disiram air keras. Ia diserang dua orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor usai salat Subuh di masjid dekat rumahnya pada Selasa 11 April lalu.
Dengan semua sepak terjangnya itu, tak heran Novel sangat dikenal publik dan menjadi ikon penyidik KPK yang selalu disanjung. Bolehlah kalau disebut Novel merupakan salah satu 'bintang' di KPK. Namun, kini dia tengah berseteru dengan 'bintang' lain di KPK.
loading...
Tidak ada komentar: