(Analisis) Mengapa Ahok Unggul 73% Pasca Debat dan Paling Memuaskan?

loading...



Pada debat kedua ini, jawaban Ahok dan Djarot memang luar biasa. Mereka berhasil menjawab banyak hal secara terukur dan jelas. Sementara Anies masih dengan mimpi-mimpi, dan Agus masih identik dengan hafalan sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan secara jelas.

Namun saya melihat ada perbedaan dengan debat pertama. Agus kerap menyerang Ahok dengan kalimat “agar orang-orang tidak takut.” Yang berarti secara sepihak menyindir Ahok menakutkan. Sehingga kemudian disimpulkan bahwa banyak pejabat Pemprov DKI mengirim data-data salah, menutup-nutupi kenyataan. “sehingga data-data laporan tersebut hanya ABS, Asal Bapak Suka,” kata Agus.

Setau saya ABS itu kepanjangan dari Asal Bapak Senang. ABS merupakan nama band di jaman Soekarno, yang selalu menghibur sang proklamator di berbagai acara. Seiring dengan perkembangan jaman, ABS kemudian menjadi istilah negatif untuk laporan-laporan yang tidak sesuai dengan fakta. Jadi kalau Agus kemudian menyebut “Asal Bapak Suka” saya pikir ini istilah baru, atau memang tidak tau. Pernyataan sederhana ini membuat banyak netizen kemudian berkreasi mengartikannya sendiri: Anak Bapak Susilo, Anak Bapak Sama dan seterusnya. Haha

Soal data yang dianggap ditutup-tutupi oleh anak buah Ahok, Agus berani menyatakan sebab sudah berkeliling Jakarta, dan tau betul masih banyak hal buruk yang tidak diungkap sebab tidak ada yang berani. Tapi di sisi lain, Agus juga tidak mengungkap di mana lokasi yang masih kotor dan sebagainya. Apa jangan-jangan Agus juga takut ke Ahok? Wekwkekwe



Anies dan Agus sama-sama tidak mampu menjawab pertanyaan secara kongkrit. Lihat saja saat Agus ingin membangun rumah rakyat di atas tanah seluas 360 hektar tanpa menggusur, saat kemudian ditanyakan kembali bagaimana mendapatkannya jika tidak menggusur? Sebab perumahan di atas aliran sungai tidak bisa dibangun. Jawabannya “ya itulah bedanya kita firm, membangun tanpa menggusur. Kita benchamrk goodwill bla bla bla” sama sekali tidak jelas maksudnya bagaimana. Tapi sekilas Agus menjawab “menggeser sedikit,” yang artinya tetap terjadi penggusuran.




Atau Anies yang ditanya soal reklamasi, apakah akan dihentikan atau dilanjutkan? Jawabannya berputar-putar yang pada intinya ingin agar reklamasi ini untuk rakyat, bukan untuk sebagian orang-orang kaya. Pun tidak jelas bagaimana yang dimaksud untuk rakyat, apakah akan mengambil alih reklamasi dari perusahaan yang sudah membangun sejak awal? Sekali lagi tidak jelas.



Sementara Ahok Djarot begitu jelas menjawab. Akan melakukan relokasi, diberi rusun, diberi KIP dan KJS, diberi subsidi sembako murah dan gratis transportasi. Soal reklamasi, Ahok juga jauh lebih masuk akal dengan menyebutkan kontribusi tambahan. 100 persen sertifikat lahan milik Pemda DKI. Yang bisa dijual (maksudnya properti) 5 persennya milik DKI. Sehingga menurut hitungan sementara, ada kemungkinan pemasukan 128 triliun, sehingga ini dapat diharapkan menyelesaikan pembangunan rusun nelayan, subsidi, penampungan ikan dan seterusnya.

Ahok Djarot Memuaskan

Jika melihat debat melaui kompastv, setiap segmen selalu ada statistik reaksi netizen. Ahok Djarot konsisten dari awal mendapat nilai sangat memuaskan. Sementara Agus Sylvi sempat mendapat reaksi biasa saja di awal-awal, namun kemudian mendapat reaksi paling mengecewakan di akhir debat. Begitu juga dengan Anies, lebih banyak yang kecewa.

Sementara di akhir debat, ada polling dengan pertanyaan “siapakah menurut anda pasangan yang akan menang di Pilkada DKI Jakarta?” Ahok unggul 73%, disusul Anies Sandi 17% dan Agus Sylviana 10%.

Menurut analisis saya, perubahan reaksi ini sebenarnya sama saja seperti debat sebelumnya. Acara debat berhasil menurunkan elektabilitas Agus da menaikkan Anies. Sebab memang Agus tidak bisa berdebat, identik menghafal. Masih lebih baik Anies yang berteori dan paham maksudnya.

Namun bedanya, pada debat kali ini Ahok menang telak. Berkat apa? Ada dua faktor.

Pertama: rakyat Indonesia termasuk kategori permisif. Jika pada debat sebelumnya isu soal penistaan agama masih cukup kuat, sekarang sudah sangat lemah. Mengingat fakta-fakta persidangan malah menghadirkan saksi-saksi lucu, bodoh dan memalukan. Sehingga pada debat kedua ini masyrakat tidak terlalu terpengaruh dengan isu tersebut.

Kedua, sistem perdebatan yang lebih menarik dan menguras pengetahuan. Berbeda dengan debat sebelumnya, kali ini antar calon bisa lebih banyak bertanya dan saling jawab. Sehingga semuanya jadi semakin jelas, yang menghafal benar-benar terlihat menghafal. Yang sekedar teori dan bermimpi pun akan semakin nyenyak dengan mimpinya.

Pasca debat ini, saya memprediksi elektabilitas Ahok akan semakin meningkat dan Agus semakin terpuruk di paling bawah. Akan sangat menarik jika nanti pada debat selanjutnya KPUD bisa membuat alur debat yang lebih detail dan panjang, sehingga Pilkada DKI hanya akan berlangsung satu putaran dan masyarakat lebih mudah memilih Gubernur dan Wakilnya untuk 5 tahun yang akan datang.

Begitulah kura-kura.


loading...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.