Terus Didesak Najwa Shihab, Akhirnya Anies Mengaku Sepandangan Dengan FPI
loading...
Dalam Acara Mata Najwa, Rabu malam (25/1/2017), Cagub Anies Baswedan ditanya mengenai kunjungannya ke markas FPI. Najwa Shihab yang menjadi host acara tersebut mendesak Anies untuk menjawab apakah sepandangan dengan FPI mengenai Gubernur Jakarta harus orang Islam. Terus mencoba mengelak dengan penjelasan naglor ngidul, Anies pun akhirnya mengakui dirinya sepandangan dengan FPI.
“(Gubernur Jakarta harus muslim) adalah pandangan. Ini Jakarta, pemimpinnya harus mengayomi semuanya,” Kata Anies Baswedan.
“Kl di Al-Qur’an, jelas. Tp dlm politik, kita serahkan pd rakyat. Sbg muslim, jelas saya taat pada Al-Maidah ayat 51,” Anies.
Tidak usah bingung apa yang disampaikan oleh Anies dengan pernyataan mengawangnya. Anies dalam pernyataan tersebut dengan jelas menyatakan bahwa dia sepemahaman dengan FPI bahwa Gubernur Jakarta harus dipimpin oleh orang muslim. Hal ini tentu saja didasari oleh pemahaman Al Maidah yang sepemahaman dengan FPI.
Al Maidah yang sejak dulu dipakai oleh lawan politik Ahok, karena dipahami bahwa pemimpin atau kepala daerah haruslah muslim bagi orang muslim, memiliki pemahaman yang mulit tafsir. Dalam pertarungan politiknya saat mencalon menjadi Bupati Belitung Timur, Ahok sampai harus dibela oleh Gus Dur yang mengatakan bahwa memilih pemimpin non muslim itu boleh.
Pemahaman Al Maidah 51 yang dipahami oleh Anies dan FPI serta gerombolannya jelas sekali bernuansa politik. Kalau memang konsisten dengan hal tersebut, maka Partai Islam harus konsisten dengan pemahaman Al Maidah 51 yang mewajibkan mereka memilih pemimpin muslim. Tetapi kenyataannya tidak. Al Maidah bisa dipakai sebagai ayat memperbolehkan memilih pemimpin muslim sesuai kebutuhan.
“Partai Islam itu ada keluarkan surat waktu mereka mencalonkan wali kota Solo sebagai wali kota nonmuslim, pakai Al Maidah 51 juga dan bilang itu boleh. Kami ada keputusannya beliau,” kata Tim kuasa hukum yang juga adik Basuki T. Purnama (Ahok), Fifi Leity Indra di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajah Mada, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Selasa (20/12/2016).
Pengakuan Anies yang sepandangan dengan FPI ini menjadi sebuah pengakuan penting yang perlu dipahami oleh para pemilih di Jakarta. Anies telah menggunakan isu SARA untuk melanggengkan ambisinya menjadi Gubernur Jakarta. Memakai pemahaman Al Maidah 51 yang sama dengan pandangan FPI membuat Anies tidak bisa menjadi jembatan yang menyatukan semua. Pemahaman eksklusif seperti itu tidak akan bisa menjadi sebuah jembatan.
Sayang memang Anies yang sudah sangat jauh turun karir politiknya pada akhirnya harus turun derajat keIndonesiaannya gara-gara bergaul dengan FPI. Semua sudah tahu, setiap orang yang sepandangan dan sepemahaman dengan FPI tidak akan bisa damai dan tentram hidup dalam kebhinekaan. NKRI yang tidak melarang pemimpin non muslim adalah sebuah pertentangan bagi FPIers.
Itulah makanya FPI terus memperjuangkan kembali bahwa sila 1 itu berbicara satu Tuhan, bukan keesaan. Perjuangan yang terus mereka lakukan untuk mengubah falsafah dan ideologi bangsa bernama Pancasila. Menjadi jembatan yang menyatukan bukan berarti menggadaikan Ideologi Pancasila dan tunduk pada pandangan yang sama dengan FPIers.
Sudahlah Pak Anies. Menggunakan ayat Al MAidah 51 demi menjadi Gubernur Jakarta bukanlah tindakan yang intelek. Anda sebagai seorang akademisi harusnya punya wawasan luas terhadap Al Maidah 51. Tidak perlu malu belajar dan memahaminya dengan tepat sesuai konteksnya.
Tentu tidak belajar sama saya mengenai hal tersebut. Cukup bergaul sama saudara-saudara muslim NU yang memahami Al MAidah 51 dengan konteks yang tepat. Tidak percaya?? Silahkan ketik link ini http://www.nu.or.id/post/read/71937/meluruskan-sejumlah-tafsir-surat-al-maidah-51
Salam Pemimpin Non Muslim.
loading...
Tidak ada komentar: