Sudah Didemo Jutaan Umat Muslim, Ahok Masih Bela Islam di Indonesia
loading...
Wawancara Ahok dengan Al-Jazeera
Negeri kita telah melalui masa-masa kritis pada akhir tahun 2016 lalu ketika katanya jutaan umat Islam melakukan demonstrasi ataupun juga disebut aksi damai pada 4 November 2016 dan 2 Desember 2016. Dua aksi yang kita ketahui bersama tujuannya adalah menuntut proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ini dipelopori oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) dan Front Pembela Islam (FPI).
Dua aksi yang lebih dikenal dengan aksi 411 dan 212 itu seolah mengguncang seisi negeri ini karena jumlah massa yang hadir memang sangat banyak. Ada yang bilang jumlah massa jutaan, ada yang bilang di atas 500.000, entah yang mana yang benar. Mari kita anggap saja jutaan agar alumni aksi 411 dan 212 dapat merasa tersanjung.
Entah apa yang dipikirkan oleh seorang Ahok kala itu, ketika didemo jutaan orang, dibuat spanduk dengan kepalanya tertembak, diancam keselamatannya, diteriakkan pembunuhan terhadap dirinya, dicaci maki oleh begitu banyak orang, dan juga direndahkan martabatnya. Entah bagaimana perasaannya ketika itu sebagai seorang warga negara Indonesia yang beragama Kristen dari etnis Tionghoa.
Kalau saya pribadi sangat terkejut melihat jumlah manusia di kedua aksi tersebut, yang membuat saya pada 4 November 2016 malam itu berpikir bahwa Indonesia belum siap berubah. Indonesia yang saya bayangkan dapat perlahan berjalan menuju kesejahteraan rakyat di bawah tangan Presiden Jokowi ternyata hanyalah sebuah angan-angan saya yang terlalu tinggi.
Faktanya sebegitu banyak orang datang mengikuti aksi tersebut, artinya masih begitu banyak orang yang dapat dihasut dan bisa diprovokasi. Berarti masih banyak orang di Indonesia ini yang tidak mengutamakan untuk berpikir dengan akal sehat, yang mengutamakan emosi ataupun sentimen agama dalam hidup berbangsa dan bernegara, yang artinya Indonesia ini mungkin belum siap berubah, belum siap menyongsong hari-hari yang berfokus pada kemajuan negara dan kemakmuran ekonomi.
Begitulah perasaan saya saat itu, entah bagaimana perasaan seorang Ahok yang merupakan obyek aksi tersebut? Saya mengira mungkin dia akan menyalahkan dirinya yang masuk politik di negeri yang mayoritas muslim ini. Saya mengira Ahok mungkin merasakan bahwa negara ini telah mengkhianati perjuangannya selama ini. Saya berpikir Ahok mungkin sangat kecewa terhadap perlakuan yang diterimanya oleh begitu banyak umat muslim yang tidak jarang ia bela kepentingannya, angkat martabatnya dan juga perbaiki kehidupannya.
Tapi ternyata saya salah? Saya tidak tahu darimana kekuatan yang membuat Ahok masih bisa memaafkan orang-orang itu dan ternyata masih membela agama Islam. Karena lepas dari apapun argumen umat muslim lainnya yang mengatakan bahwa mereka tidak merasa terwakili, tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berteriak-teriak itu adalah umat muslim juga, bukan? Ternyata setelah kejadian ini pun Ahok tetap bisa mencintai agama Islam. Betapa indah kepribadian seorang Ahok. Saya sangat terharu.
Ahok Membela Islam Indonesia
Pembelaan dari Ahok ini diberikan ketika ia diwawancarai oleh Al-Jazeera TV baru-baru ini (dapat ditemukan disini). Ketika ditanya tentang pendapatnya apakah Indonesia kini sedang berjalan menuju lunturnya atau hilangnya sistem multi-agama dan berjalan menuju lebih negara lebih ‘Islam’, jawaban Ahok sungguh menggugah hati saya.
“Saya kira enggak. Islam di Indonesia sangat berbeda. Islam di Indonesia itu betul-betul ngerti mengajarkan Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang damai, karena penyebaran Islam di Indonesia tuh melalui perdagangan,” ujar Ahok.
“Kita punya budaya yang berbeda, kita namakan Islam Nusantara. Islam yang sangat toleran, sangat cinta damai, sangat memaafkan. Itu diajarkan dari kecil,” lanjutnya.
Wajar saja Ahok mengerti dengan baik tentang Islam di Indonesia dengan ajaran cinta damai dan memaafkan, karena ia juga belajar agama Islam ketika duduk di bangku SD dan SMP di kampungnya. Meskipun ia adalah non-muslim dan diperbolehkan untuk keluar dari ruang kelas, Ahok kecil menolak untuk meninggalkan ruangan kelas ketika waktunya pelajaran agama Islam. Ia lebih memilih untuk mendengarkan ajaran agama yang berbeda dari yang ia anut dan mendapatkan ilmu darinya.
Mungkin disinilah beda Ahok dengan saya. Semua perkiraan ataupun pikiran yang saya sebut di atas ternyata tidak ditunjukkan atau diungkapkan oleh Ahok. Saya pribadi belum pernah menjalani ajaran agama Islam sejak kecil, jadi saya tidak mengerti banyak, saya hanya tahu sepotong-sepotong pengetahuan yang saya dapatkan dari menonton TV saja. Tapi Ahok berbeda, karena ia belajar dari kecil jadi ia paham apa itu Islam Nusantara.
Mungkin dari sinilah kekuatan yang ia dapatkan untuk memaafkan orang-orang yang mencaci maki dan mau membunuhnya itu, mungkin dari sinilah ia mendapatkan kekuatan untuk tidak membenci agama Islam. Meskipun hal yang sama belum pernah terjadi pada diri saya, tapi saya pastikan bahwa saya tidak punya kepercayaan diri untuk dapat memberikan respon dan jawaban seperti apa yang Ahok berikan dan tunjukkan. Saya rasa saya tidak sekuat dan semulia itu.
Tentang Ideologi Bangsa Indonesia Kedepan
Pada kesempatan wawancara yang sama, Ahok juga ditanyai tentang perkembangan Islam konservatif yang masuk ke dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia dalam satu dekade terakhir ini. Ahok pun lalu menjawab bahwa ia meyakini mayoritas bangsa ini masih on the track.
“Itu yg disebut dari Bung Karno, presiden pertama kami, kalau Anda mau jadi Islam tidak perlu jadi orang Arab, Anda jadi Kristen ya nggak perlu jadi orang Yahudi, Anda jadi orang Hindu ya tidak perlu jadi orang India. Anda mau Islam, mau Kristen, mau Hindu, tetap jadi orang Indonesia. Ini kan soal kepercayaan kepada Tuhan,” ujar Ahok.
“Saya yakin mayoritas bangsa ini masih sesuai dengan track ideologi kami,” lanjutnya.
Ketika selanjutnya ditanyakan apakah menurut Ahok sekarang paham ideologi bangsa Indonesia ini sedang melemah dan perlu diperkuat, Ahok mengatakan justru kasus yang sekarang sedang menimpanya ini membawa hikmah demikian.
“Ya saya kira ini semakin kuat sekarang. Setelah kejadian ini justru semakin kuat. Kita makin sadar kita tidak bisa diam bahwa ketika para pahlawan sudah korbankan nyawa untuk dirikan fondasi ini, kami tidak boleh diam ketika ada orang yang ingin membongkar-bongkar fondasi. Kami harus juga berani untuk melawan,” ujar Ahok
“Ya kita suarakan bahwa kita negara Pancasila, kita negara yang sangat toleran. Kelompok-kelompok agama pun menyampaikan tidak ada ajaran agama yang ngajarin bunuh orang, mau gantung orang seperti yang diteriakkan. Itu ajaran agama mana?” tutup Ahok mengenai topik ini.
Luar biasa Ahok! Semoga perkataannya membuka pikiran kita semua bahwa justru kejadian yang kita sesalkan bersama ini di saat yang sama juga membawa hikmah kepada negeri ini. Justru karena ada kasus yang dikenakan terhadap Ahok tentang penodaan agama ini, semua umat beragama Islam jadi mengingat apa itu Al-Maidah ayat 51, lepas dari perbedaan tafsir masing-masing.
Justru karena ganasnya ormas tertentu dalam bersuara dan beraksi belakangan ini untuk menjatuhkan Ahok, kita jadi tahu bahwa ancaman untuk merubah paham ideologi bangsa kita itu secara nyata memang ada, dan jumlah mereka tidak sedikit. Justru semakin keras suara dari kelompok-kelompok yang ingin melakukan makar ataupun mengancam untuk melakukan revolusi, kita-kita yang masih ingin ideologi Pancasila ataupun konstitusi negara berdasarkan UUD 1945 ini harus bersuara juga, kalau bisa lebih besar dari suara mereka.
Justru kasus ini ada hikmahnya. Jika bangsa ini dapat melalui kejadian ini dengan baik dan aman, maka kedepannya kita yakini bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih kuat terhadap ancaman Islam konservatif atau ancaman-ancaman lainnya yang ingin mengubah ideologi bangsa kita.
Komentar Penutup
Untung saja saya bukan Ahok. Untung saja Yang Maha Kuasa tidak memberikan ujian seperti ini terhadap saya. Tapi mungkin itulah kenapa Ahok ditakdirkan untuk mengemban tugas ini, karena Ahok punya landasan yang kokoh dan mental yang gagah untuk menghadapi ini. Tugas untuk membuka mata seluruh elemen bangsa ini akan ancaman paham-paham Islam yang bukan Islam Nusantara ini mungkin hanya bisa diemban oleh seorang Ahok, salah satu putra terbaik Ibu Pertiwi yang mencintai bangsa dan rakyatnya seperti ia mencintai orang tua dan anaknya sendiri.
Dari sebatang pohon yang ingin berdiri kokoh dan tegar di tengah badai dan topan………
loading...
Tidak ada komentar: