Sekumpulan Massa Berotak Dongo Menuntut Rizieq Dibebaskan, Emangnya Bisa, Tong?
loading...
Inilah
cara berpikir sekumpulan manusia otak dongo. Dipikirnya dengan pengerahan massa berjubah koko, maka Polisi akan keder tidak berani lagi memproses Riziek Shihab lebih lanjut.
Prilaku pemaksaan kehendak mereka tentu saja tidak akan menyurutkan nyali Subdirekorat Fiskal, Moneter, dan Devisa Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya yang memeriksa Rizieq Shihab.
Ucapannya yang tidak senonoh telah melecehkan negara, khususnya simbol negara, yaitu menuduh ada gambar palu arit di logo Bank Indonesia dalam lembaran uang rupiah yang baru.
Sekumpulan massa berotak dongo seperti kerbau yang dicucuk hidung memaksa Polisi segera menghentikan penyidikan terhadap Rizieq Shihab yang menjalani pemeriksaan sebagai saksi kasus uang berlogo palu arit di Polda Metro Jaya.
Sekalipun aksi demo sebagai wujud berdemokrasi dalam bernegara, Kepolisian sebagai penegak hukum tetap akan memberikan sanksi yang tegas sesuai hukum yang berlaku Ini negara hukum, bukan negara onta, tong.
“Bebaskan Habib Rizieq. Jangan kriminalisasi ulama!!!” teriak mereka berorasi dari atas mobil komando menggunakan pengeras suara di depan Polda Metro Jaya, pagi ini, Senin 23 Januari 2017.
“Polisi jangan mau dijadikan alat untuk kepentingan politis,” teriakan susulan mereka sambil mereiakkan takbir dan menyanyikan lagu Indonesi Raya seolah-olah mau dengan cara begitu maka Polisi akan luluh hati mereka dan mengabulkan permintaan konyol mereka.
Mereka juga mengancam Polisi akan terus bertahan walaupun sampai besok sampai Rizieq keluar. Dasar dongo, aktifitas demo, aksi unjuk arasa itu hanya boleh sampai sore jam 18:00 WIB. Lebih dari itu dibubarin, ndul.
“Kita akan bertahan di sini sampai Habib Rizieq keluar. Setuju?” teriak para dongo secara berjamaah.
Rizieq tiba di Mapolda Metro Jaya pada pukul 11.00 WIB. Ia datang dengan menumpangi mobil Pajero Sports warna putih berpelat nomor B 1 FPI. Uang darimana bisa beli mobil Pajero Sport? Secara kerjaannya tidak jelas.
Akibat ulah para sontoloyo itu jalan didepan SCBD ditutup sehingga mengakibatkan kemacetan yang luar biasa parah. Sudah banyak yang gerah akibat ulah ngaconya Riziek Shihab yang jual-jual nama umat Islam di negeri ini.
Keributan dan kegaduhan demi kegaduhan yang yang ditimbulkan oleh Riziek Shihab dan antek-anteknya, membuat Wakil Presiden Jusuf Kalla juga gerah.
Jusuf Kalla minta agar Polisi sebagai aparat keamanan di negeri ini menindak tegas FPI sesuai hukum yang berlaku. Negara tidak boleh kalah dengan segala bentuk premanisme yang bertamengkan jubah keagamaan untuk mengintimidasi keberagaman di negeri ini.
Jusuf Kalla juga menegaskan bahwa Pemerintah sangat menghargai aksi demonstrasi, namun tidak memaksakan Pemerintah untuk memenuhi tuntutan mereka.
Pemerintah akan selalu mendengar semua tuntutan Ormas sebagai wadah organisasi masyarakat Indonesia, namun demo tidak boleh dilakukan dengan cara-cara menuntut dan menekan Pemerintah tanpa menghargai proses hukum yang berlaku.
Entah FPI tidak paham, atau mungkin saja pura- pura bego, POLRI dan TNI adalah alat negara, tugas mereka sudah jelas yaitu memelihara keamanan dan ketertiban, menegakkan supremasi hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Namun realitanya Habib Riziek dan antek-anteknya punya wajah ganda. Mereka berkamuflase dan terus bermetamorfosa untuk mempertontonkan antara fakta dan dusta, antara realita dan noktah keculasan, kelicikan, serta kemunafikan tanpa punya rasa malu.
Jubah putih yang mereka kenakan merupakan simbol kain kafan, yaitu simbol kematian dan batu nisan selesainya kiprah busuk Rizieq Shihab yang telah mengacaukan negara ini dengan kegaduhan demi kegaduhan yang tiada henti.
Kura-kura begitu.
Prilaku pemaksaan kehendak mereka tentu saja tidak akan menyurutkan nyali Subdirekorat Fiskal, Moneter, dan Devisa Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya yang memeriksa Rizieq Shihab.
Ucapannya yang tidak senonoh telah melecehkan negara, khususnya simbol negara, yaitu menuduh ada gambar palu arit di logo Bank Indonesia dalam lembaran uang rupiah yang baru.
Sekumpulan massa berotak dongo seperti kerbau yang dicucuk hidung memaksa Polisi segera menghentikan penyidikan terhadap Rizieq Shihab yang menjalani pemeriksaan sebagai saksi kasus uang berlogo palu arit di Polda Metro Jaya.
Sekalipun aksi demo sebagai wujud berdemokrasi dalam bernegara, Kepolisian sebagai penegak hukum tetap akan memberikan sanksi yang tegas sesuai hukum yang berlaku Ini negara hukum, bukan negara onta, tong.
“Bebaskan Habib Rizieq. Jangan kriminalisasi ulama!!!” teriak mereka berorasi dari atas mobil komando menggunakan pengeras suara di depan Polda Metro Jaya, pagi ini, Senin 23 Januari 2017.
“Polisi jangan mau dijadikan alat untuk kepentingan politis,” teriakan susulan mereka sambil mereiakkan takbir dan menyanyikan lagu Indonesi Raya seolah-olah mau dengan cara begitu maka Polisi akan luluh hati mereka dan mengabulkan permintaan konyol mereka.
Mereka juga mengancam Polisi akan terus bertahan walaupun sampai besok sampai Rizieq keluar. Dasar dongo, aktifitas demo, aksi unjuk arasa itu hanya boleh sampai sore jam 18:00 WIB. Lebih dari itu dibubarin, ndul.
“Kita akan bertahan di sini sampai Habib Rizieq keluar. Setuju?” teriak para dongo secara berjamaah.
Rizieq tiba di Mapolda Metro Jaya pada pukul 11.00 WIB. Ia datang dengan menumpangi mobil Pajero Sports warna putih berpelat nomor B 1 FPI. Uang darimana bisa beli mobil Pajero Sport? Secara kerjaannya tidak jelas.
Akibat ulah para sontoloyo itu jalan didepan SCBD ditutup sehingga mengakibatkan kemacetan yang luar biasa parah. Sudah banyak yang gerah akibat ulah ngaconya Riziek Shihab yang jual-jual nama umat Islam di negeri ini.
Keributan dan kegaduhan demi kegaduhan yang yang ditimbulkan oleh Riziek Shihab dan antek-anteknya, membuat Wakil Presiden Jusuf Kalla juga gerah.
Jusuf Kalla minta agar Polisi sebagai aparat keamanan di negeri ini menindak tegas FPI sesuai hukum yang berlaku. Negara tidak boleh kalah dengan segala bentuk premanisme yang bertamengkan jubah keagamaan untuk mengintimidasi keberagaman di negeri ini.
Jusuf Kalla juga menegaskan bahwa Pemerintah sangat menghargai aksi demonstrasi, namun tidak memaksakan Pemerintah untuk memenuhi tuntutan mereka.
Pemerintah akan selalu mendengar semua tuntutan Ormas sebagai wadah organisasi masyarakat Indonesia, namun demo tidak boleh dilakukan dengan cara-cara menuntut dan menekan Pemerintah tanpa menghargai proses hukum yang berlaku.
Entah FPI tidak paham, atau mungkin saja pura- pura bego, POLRI dan TNI adalah alat negara, tugas mereka sudah jelas yaitu memelihara keamanan dan ketertiban, menegakkan supremasi hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Namun realitanya Habib Riziek dan antek-anteknya punya wajah ganda. Mereka berkamuflase dan terus bermetamorfosa untuk mempertontonkan antara fakta dan dusta, antara realita dan noktah keculasan, kelicikan, serta kemunafikan tanpa punya rasa malu.
Jubah putih yang mereka kenakan merupakan simbol kain kafan, yaitu simbol kematian dan batu nisan selesainya kiprah busuk Rizieq Shihab yang telah mengacaukan negara ini dengan kegaduhan demi kegaduhan yang tiada henti.
Kura-kura begitu.
loading...
Tidak ada komentar: