Fanatik Terhadap Jokowi Melambung - Kelompok Sebelah Semangkin Bingung

loading...

Fenomena Fanatik Jokowi menguat karena terlalu banyak orang yang nyinyir tanpa alasan pada sosok Presiden Jokowi. Sebuah bentuk serangan yang memberikan antibody luar biasa bagi pembentukan opini Joko Widodo. Tapi kita sebagai masyarakat yang diwakili oleh pilihan kita 2014 silam itu, perlu tetap objektif mengawal orang paling berkuasa di Indonesia ini.

Tolong diingat, bagaimana dukungan untuk SBY 10 tahun lalu? Presiden yang baru disadari segala missmanagement-nya setelah hampir dua periode Beliau memerintah. Jangan biarkan 5 tahun ini berlalu dengan progress secukupnya, untuk dapat mendulang suara kembali di 2019 nanti. Jangan biarkan penyesalan menjadi roda yang selalu berputar ulang di Indonesia.



Indonesian presidential candidate Joko “Jokowi” Widodo gestures as he delivers a speech to his supporters at Gelora Bung Karno stadium in Jakarta July 5, 2014. REUTERS/Beawiharta (INDONESIA – Tags: POLITICS ELECTIONS TPX IMAGES OF THE DAY)

Masih terngiang dalam benak kita, mengenai revolusi mental dan dukungan tanpa syarat yang menggelorakan libido masyarakat Indonesia untuk memiliki jajaran pejabat yang benar-benar profesional dalam mengurusi negeri yang carut marut ini.

Lantunan indah janji-janji di 2014 silam, yang meroketkan karir politik Joko Widodo untuk mendudukannya jadi orang nomor 1 Indonesia, hanya kurang dari 2 dekade sejak pertama beliau terjun ke panggung politik tanah air.

Tak terasa sekarang sudah setengah perjalanan dirinya berkantor di utara Monas, sebelum 2 tahun lagi akan kembali berlaga, dalam pertarungan mempertahankan Istana yang menentukan nasib 260 juta orang di zambrut khatulistiwa ini.

2 tahun yang akan cepat berlalu, dan 2 tahun yang akan semakin panas dalam percaturan politik Indonesia. Karena Pilkada DKI kemarin, membuktikan kalau bahkan orang megapolitan macam Jakarta yang gosipnya paling rasional se-Indonesia itu, masih doyan dengan isu SARA, dan menelan mentah-mentah Black Campaign murahan. Omong kosong tingkat dewa.

“Citizens who refuse to obey anything but their own conscience can transform countries, it is the basis of any real democracy.”
― Gloria Steinem ―

Tapi untuk siapapun die-hard Jokowi, maka janganlah terlalu kuatir, karena Presiden ke 7 kita ini sangat handal berpolitik. Kepiawaiannya menundukan kekuatan-kekuatan politik memang harus diacungi jempol. Tengok saja bagaimana PDIP yang dahulu selalu bicara mengenai “petugas partai”, ternyata sekarang sudah “jinak”. Golkar sebagai partai terbesar ke 2 di Indonesia, bertekuk lutut di ketek Wong Solo ini.

Tengok juga gempitanya demo besar 212 yang dengan lihainya beliau bisa jadikan panggung. Atau perhatikan perubahan sikap empunya Perindo yang sempat berhasrat tinggi ingin merebut RI1, dibuat tak berdaya. Jadi jika akhir akhir ini kita diganggu dengan manuver seorang Jendral kekanak-kanakan yang kekanan-kananan, maka tak perlu bingung. Itu cuma geli-geli kecil saja untuk Pakde.

Lalu bagaimanakah 2019? Santai juga Guys. Isu paling mungkin menjatuhkan Image orang nomor 1 di Indonesia ini, sudah tertimbun dalam dengan ikut nontonnya Pak De “Film tak lulus sensor” di Makorem Bogor kemarin. Karena hanya isu PKI saja yang bisa serius dalam menghancurkan citra identitas seorang Joko Widodo.

Treshold – Koalisi – Matinya Kuda Hitam

2019 pun terlihat semakin aman, dengan UU Pencalonan Presiden dengan treshold. Yang jujur, adalah sebuah kekonyolan absolut buat demokrasi kita. Tapi apa keuntungan untuk PDIP dan Jokowi dengan treshold ini? Yang pasti takan ada lawan sepadan untuk Incumben, karena kursi calon presiden akan sangat sedikit, dan kursi-kursi itu sudah diambil oleh ketua-ketua partai besar di pemilu 2014 lalu. Muka lama yang tak akan laku di pasaran politik kita.

Hasilnya, takan ada kuda hitam. Takan ada darah segar yang akan berusaha menantang, atau mencoba merobek kembali kekuatan-kekuatan kekuasaan di Indonesia. Karena dengan treshold ini, Konsorsium Partai adalah niscaya, dan ketika terlalu banyak kepentingan harus diakomodir, maka jangan mimpi ada sosok segar yang tanpa beban akan meraih tiket Calon Presiden.

Jadi tak perlu tanya lagi, siapakah Presiden kita di 2019 nanti. Tapi yang perlu kita lakukan adalah mengingatkan supaya mulai saat ini, stop hitung-hitungan politik. Dan mulailah serius menata bangsa ini. Karena waktu masih 2 tahun. Waktu yang sama yang Ahok miliki sebagai Gubernur di Jakarta kemarin. Waktu yang sama yang bisa dimanfaatkan untuk reformasi drastis dalam bidang birokrasi dan anggaran.

“A true brave man is the one who dares to work against personal interest.”
― Khem Veasna ―

Wow, kenapa tiba-tiba Ahok? Karena legacy seorang Basuki Tjahja Purnama perlu diteruskan. Beliau adalah reformis yang sudah jadi tumbal dalam permainan politik lalu. Rangkaian ketidakadilan politik dan ketidakadilan hukum yang harus Beliau telan mentah-mentah. Seorang bidak yang jadi korban dalam permainan besar “mengamankan Jokowi”.
Citra Identitas VS Citra Kinerja

Citra Identitas sudah aman dalam genggaman, tetapi apakah kabar Citra Kinerja? Saat Ekonomi India, Vietnam dan Philipina melaju kencang di pertumbuhan 6-8%, Indonesia cuma bisa berkutat di 5%. Mereka akan menjadi tetangga-tetangga besar yang akan melahap kita hidup-hidup bila ini terus dibiarkan.

Ekonomi adalah cerminan hasil kinerja suatu pemerintahan. Karena Pertumbuhan Ekonomi mengekstraksi berbagai hal, dari mudahnya perizinan, pembangunan infrastruktur, kompetitifnya perdagangan, produktivitas bangsa, Image negara di mata Internasional dan tentunya penegakan hukum suatu Negara.

Karena itu tolong teruskan legacy Pak Ahok itu dengan baik, Pak Presiden. Banyak hal sudah terbukti sukses di Jakarta, tinggal diadopsi dalam tingkat Nasional. Karena Popularitas dan Elektabilitas Joko Widodo sudah tak terbendung, tetapi bangsa ini juga semakin kehabisan waktu. Bonus Demografi sudah dalam hitungan jari. Waktu untuk bertumbuh semakin sempit.

Hitung-hitungan politik yang kontraproduktif tak perlu dilanjutkan. Rombaklah para Mentri dan Pimpinan BUMN dengan orang-orang yang kompeten. Reformasi Birokrasi sudah jadi keharusan. e-Budgeting untuk Nasional dan semua Pemda harus cepat dilakukan. Revolusi Mental juga harus serius dikerjakan, dan penegakan hukum jangan lagi bisa pilih-pilih dan jadi bahan tekanan politik.

Hanya dengan cara-cara itulah, maka Indonesia akan mampu bersaing di kancah Dunia, dan jika kondisi ekonomi tumbuh dengan baik, silahkan tutup mata dan ongkang-ongkang kaki nanti 2019. Joko Widodo akan dengan sangat mudah mempertahankan Kepresidenannya. Karena hanya minoritas yang bisa dijatuhkan dengan cara pilkada DKI lalu. Dan hanya prestasi dengan bukti nyata yang bisa diterima semua jenis kutub fanatik di politik Indonesia.


“Political job is not a business job but it is a job of the people who have generous heart who want to help others with their views.”
― Khem Veasna ―


loading...

2 komentar:

  1. Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh , Yuk Daftarkan Sekarag Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya : KELINCI99[DOT]COM

    BalasHapus
  2. Agen Game Kartu , Rollingan Terbesar Mingguannya Daftar Sekarang Juga Di : ARENADOMINO

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.