Sandiaga akan Kaji Selama Sebulan Ide 'Revolusi Putih' Prabowo

loading...

Foto: Marlinda/detikcom

Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan akan segera mengkaji program 'Revolusi Putih' yang merupakan Ide Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sandiaga menargetkan dalam jangka waktu sebulan program itu bisa segera diselesaikan.

"Jangan terlalu lama lah. Mungkin sebulan. Karena ini budget nggak hanya oleh Pemprov tapi juga gerakan masyarakat juga, dunia usaha juga," kata Sandiaga usai olahraga marathon di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (29/10/2017)

Sandiaga mengatakan kajian akan dilaksanakan bersama dengan lintas dinas terkait. Yakni, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Olahraga serta komunitas pecinta susu atau anak.


"Itu yang harus kita rangkul. Nggak cuma dari pemprov tapi dari dokternya juga. Kita lihat apakah ini yang paling baik," kata Sandiaga.

Soal anggaran, kata Sandiaga, apabila belum dimasukkan ke dalam APBD akan dicari pihak ketiga atau partisipasi masyarakat.

"Kalau belum masuk APBD mungkin bentuknya melalui CSR atau melalui partisipasi masyarakat," kata Sandiaga.

Sandiaga sendiri setuju dengan program 'Revolusi Putih' ini, demi memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. Menurutnya, bila gizi terpenuhi maka anak dapat ikut bersaing di negara yang semakin maju, terutama di kelas Asia Tenggara.

"Kita ingin anak muda kita ke depan memliki asupan gizi cukup. Salah satunya dari susu. Bisa juga dari ikan atau telur. Tapi ini salah satu ide yang perlu dikaji. Pak Prabowo ingin generasi muda kita ke depan bisa berdaya saing. Karena Kita ingin ke depan jadi yang tentunya jawara di Asia Tenggara atau di Asia," ujar Sandi.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menentang program itu. "Saya agak enggak setuju. Susu kalian tahu dapat dari mana? Dari sapi. Cukup enggak sapi kita? 250 juta penduduk mesti dapat dari mana?" kata Menkes di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, pada Kamis 26 Oktober 2017.

Menurut Nila, susu bisa digantikan dengan ikan yang juga kaya akan protein. Jumlah ikan di Indonesia lebih banyak ketimbang sapi perah. "Jadi kalian harus mau makan ikan. Bu Susi (Menteri Perikanan dan Kelautan) sudah capek-capek nenggelamin kapal (pencuri ikan), masa kalian tidak mau makan ikan?" ujar Nila.
(jor/jor)
loading...

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.