Gendeng! Amin Rais Minta Semua Pejabat KPK Diganti, Bapak Waras?
loading...
SEWORD.COM Amien Rais kembali mengkritik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat berpidato dalam acara Halalbihalal dan Rakor Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Gedung Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukoharjo, Minggu (9/7/2017).
Seperti biasa dan sesuai dengan dugaan kita bersama bahwa ia tidak akan lepas dari yang namanya perbuatan nyinyir. Ia mengkritik langkah KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) dengan nilai korupsi hanya puluhan juta rupiah. Hal tersebut dianggap melanggar Undang-undang KPK.
“Dalam Undang-undang KPK, seharusnya yang dikejar itu korupsi diatas Rp 1 miliar. Sekarang, OTT itu hanya mendapat Rp 40 juta, Rp 10 juta, DPR disegel, kemudian jadi pahlawan,” kata Amien.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa yang namanya makan uang rakyat di atas Rp 1 miliar lah yang menurut Amien Rais bisa dikatakan sebagai perbuatan korupsi, kalau hanya jutaan mah mungkin dianggapnya uang jajan wajib yang tidak perlu dipermasalahkan oleh KPK.
Jika seorang Amien Rais bisa mengatakan hal yang sedemikian, mungkin itu adalah salah satu alasan juga yang dikemukakan Amien Rais untuk melindungi perbuatannya yang kemarin-kemarin sempat disebut menerima uang Rp 600 Juta dari kasus aliran dana korupsi alat kesehatan.
Karena uang yang Amien Rais terima kurang dari Rp 1 miliar, jadi beliau ini mengganggap itu uang nominal kecil jadi tidak patut untuk dipermasalahkan. Kita sebagai masyarakat umum dipaksa untuk mengiklaskan uang tersebut, anggap saja itu uang saku untuk Amien Rais. Tidak patut disebut korupsi. Begitu kira-kira maksud Amien Rais.
Gak abis pikir kenapa seorang yang sudah sepuh seperti Amien Rais yang seharusnya bisa lebih bijaksana dan bisa memberikan petuah-petuah yang mendinginkan, malah menggila dengan pemikirannya, beliau kira meskipun kurang dari Rp 1 Miliar uang yang dikorupsi itu bukan uang rakyat?
Pak Amien yang terlalu pintar atau memang kami sebagai rakyat yang bodoh, kalau orang yang waras pikirannya, ya pasti yang namanya korupsi itu tidak mengenal batasan nominal, makan duit rakyat berapapun nominalnya, mau itu hanya Rp 1000 ya tetap saja itu namanya korupsi dan melanggar hukum.
Korupsi itu hanya nama yang lebih terlihat sopan, padahal jika kita jujur yang namanya korupsi itu ya sama saja dengan nyolong, dan pelakunya sama saja dengan maling, kalau di kampung biasanya maling itu dihajar rame-rame, seharusnya koruptor harus lebih berat hukumannya. Kalau perlu dihukum mati dan keluarganya dimiskinkan.
Yah namanya orang yang sudah tua kan memang tidak bisa dinasehati, apalagi saya sebagai penulis masih berumur dibawah 30’an tahun entar malah disangka kurang ajar dan tidak sopan terhadap beliau. Biarlah hukum karma saja nanti yang menyadarkan beliau atas kesalahannya sambil mengelus dada.
Amien juga menambahkan, selama ini KPK hanya mengejar kasus kecil di Indonesia, sedangkan kasus besar tidak dituntaskan. Lagi-lagi ini mungkin dikarenakan faktor usia atau memang Amien Rais memang tidak pernah menonton berita. Jadi ngomongnya ngelantur tidak jelas.
Bisa juga mungkin karena beliau ini sudah ujur kali ya, jadi matanya sudah mulai rabun jadi tidak mengetahui bahwa saat ini KPK sedang gencar mengungkap kasus korupsi e-KTP yang merupakan kasus besar. Dan parahnya beliau malah ikut-ikutan gabung dalam geng Pansus Angket KPK untuk melemahkan KPK.
Rada bingung juga sebenarnya, di satu sisi beliau minta KPK untuk mengungkap kasus-kasus yang besar, dan di sisi yang lain beliau malah gabung geng Pansus Angket KPK yang sudah jelas tujuannya untuk melemahkan KPK. Bapak Amien Rais masih sehat kah?
“KPK sangat lemah dalam menghadapi kasus besar, itu pasti. Kemudian menghindar, mengendapkan semua kasus besar. Misalnya, kasus Bank Century, Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Sumber Waras. Belum lagi kasus Pelindo, Reklamasi dan berbagai kasus besar lainnya, itu mesti KPK nggak berani,” kata Amien.
Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tersebut juga mengusulkan perlunya reformasi di tubuh KPK. Lebih khususnya, pejabat struktural di KPK saat ini semuanya harus diganti. Dan mungkin yang diinginkan Amien adalah kalau bisa orang-orang pilihannya yang bisa menempati kursi pejabat KPK.
“Lembaga antikorupsi harus tetap ada, hanya saja pejabat struktural yang ada di KPK semuanya harus diganti. Harus turun mesin,” katanya. Amien juga mengkritik langkah berbagai pihak yang bereaksi atas langkah Pansus Angket KPK.
“Tidak usah saling membawa massa dengan mendatangkan artis-artis untuk membela KPK, kemudian dosen-dosen urusan tata negara dimobilisasi. Karena kalau seperti ini menandakan takut ya,” katanya.
Apa maksud dari pak Amien di atas? parah beneran tokoh satu ini, padahal beliau ini sudah diruwat oleh Paguyuban Masyarakat Tradisi (Pametri) Yogyakarta, berharap pak Amien bisa lebih waras, eh hasilnya kok malah makin menggila. Apa mungkin ada sesajen yang salah sehingga hasilnya jauh dari harapan? hehe.
Mungkin pak Amien perlu berkaca, KPK sudah jelas tidak takut dengan yang dilakukan oleh Pansus Angket KPK, dan semua golongan yang membela KPK adalah murni karena dorongan hati untuk mendukung, tidak ada permintaan kusus dari KPK untuk didukung. Pak Amien sudah tua mbok ya jangan main fitnah.
Justru yang kelihatan takut adalah adalah golongan Pak Amien dan tim Pansus Angket KPK, karena ada temannya yang sudah tertangkap duluan oleh KPK jadi golongan Pak Amien ini mencoba melontarkan banyak isu-isu fitnah, mungkin beliau dan rekannya di Pansus takut jikalau namanya akan tersangkut kasus juga.
Mari kita sebagai masyarakat ikut aktif mengawasi tingkah polah Pak Amien dan rekan-rekannya di Pansus Angket KPK. Bila terus-terusan melontarkan fitnah dan bersikap seenaknya sendiri, mungkin kita perlu meniru masyarakat Ukraina yang berani membuang wakil rakyatnya ke tempat sampah. Jika kita berani melakukan yang sama seperti masyarakat Ukraina, mungkin wakil kita yang di DPR dan Amien Rais bisa tobat.
Sumber :
http://regional.kompas.com/read/2017/07/09/20283751/amien.rais.minta.kpk.turun.mesin.semua.pejabatnya.diganti
loading...
Tidak ada komentar: